Cahaya Penerang bagi mereka yang butuh solusi kehidupan akibat kekeliruan membaca tanda tanda alam
Minggu, 08 April 2012
Pangeran Diponegoro dan Perjuangannya
P. Diponegoro adalah putra dari Sultan Hamengku Buwono III yang lahir dari R.A Mangrawati , seorang putri berdarah Madura yang berasal dari Pacitan P. Diponegoro dilahirkan pada tanggal 11 Nopember 1785. Semasa kecilnya bernama R.M Antawirya, yang sejak kecil diasuh oleh neneknya yang sangat tekun dan sholeckah , Yaitu Kanjeng Ratu Ageng yang bermukim di Tegalrejo. Maka tidak heranlah kalau P. Diponegoro kemudian menjadi seorang yang sholeh dan berbudi luhur dan teguh. Karena kerendahan hati dan kesederhanaan beliau yang mementingkan keluhuran budi dan tidak menyukai keangkara murkaan , maka beliau sangat murka melihat penindasan penjajah terhadap bangsanya.
Pada Tanggal 27 Juli 1825 pecahlah Perang Diponegoro dengan dibantu oleh beberapa bangsawan yang juga anti penjajah P. Diponegoro mengendarai kudanya yang bernama Kyai Gentayu memimpin pasukannya menuju Selarong , dimana beliau disambut oleh rakyat dengan meriah dan mereka semua menggabungkan diri dengan pasukan P. Diponegoro.
Sebab perang diponegoro :
1. Kerja paksa pembuatan jalan raya Anyer sampai Banyuwangi , banyak menelan korban nyawa
2. Rasa anti penjajah yang telah ditanamkan Sri Sultan Hamengkubowono I dan II
3. Pajak yang sangat tinggi 1/3 dari hasil sawah /ladang
4. Adanya tuan tanah karena ijin sewa tanah yang diberikan kepada bangsa asing
5. Rongsongan terhadap raja atas kewibawaan oleh sementara punggawa yang membantu Belanda
Karena semangat patriotik dan jiwa revolusioner yang sedemikian besarnya akhirnya penjajah merasa kewalahan menghadapi sepak terjang P. Diponegoro dan rakyatnya , Belanda mencoba mengadakan perundingan namun selalu gagal .
Pada tanggal 16 Februari 1830 kolonel Cleerens mencoba lagi untuk mengadakan perundingan dengan P. Diponegoro di Rame Kamal daerah Bagelen dan P. Diponegoro bermalam di Kecawang .pada tanggal 17 Februari 1830 Cleerens datang di Kecawang mengajak P. Diponegoro mendekati Magelang dimana akan diadakan perundingan dan kemudian P. Diponegoro menuju Menoreh , dalam perundingan tersebut sebenarnya P . Diponegoro menolak berunding dengan Cleerens tetapi hanya mau berunding dengan De cock sebagai Jendral.
Sebelum berangkat ke Magelang kedua belah pihak telah bersepakat untuk :
1. Selama perundingan di Magelang P . Diponegoro tetap dalam keadaan bebas dan merdeka
2. Jika dalam persetujuan itu tidak berhasil P. Diponegoro bebas kembali ke tempat yang dikehendaki untuk melanjutkan peperangan.
3. Selama perubdingan P.Diponegoro tidak akan menambah pasukannya begitu pula sebaliknya.
Akhir februari 1830 Jendral De Cock telah datang di Magelang untuk memulai perundingan tetapi karena bulan puasa jatuh pada bulan Maret maka P diponegoro tidak bersedia mengadakan perundingan tersebut , disebabkan beliau menjalani ibadah puasa , dengan demikian Belanda terpaksa harus mau menunggu.
Pada hari Minggu 25 maret 1830 jam 7.00 pagi P .Diponegoro dengan mengendarai kudanya Kyai Gentayu berangkat menuju tempat perundingan di rumah Residen Kedu di Magelang denga diiringi oleh istrinya yaitu RA ratnaningsih dan putra putranya yaitu RM Raab dan seorang lagi yang dijadikan penasehatnya yaitu Kyai Badaruddin dan 100 orang pasukannya yang bersenjata lengkap.
Jendral De Cock telah menantinya di tangga gedung dan kemudian bersama sama P. Diponegoro memasuki ruang pertemuan di runag kerja De Cock . Beberapa orang putranya dan beberapa orang perwira Belanda diperkenankan turut menyaksikan pertemuan tingkat tinggi itu.
De Cock disertai oleh residen Kedu yaitu Mayor Ajudan De Strure ,letkol Roest dan Kapten Roes sebagai juru bahasa. Kolonel Cleerens sengaja dijauhkan dari pertemuan atau perundingan itu , karena Belanda takut ditagih janjinya tentang kekebalan diplomatik bila terjadi kegagalan dalam perundingan itu.
P. Diponegoro tetap teguh pendirian yaitu menuntut kemerdekaan negaranya yang bersendikan adat Ketuhanan Yang Maha Esa , tetapi De cock mencoba menawar agar P . diponegoro mengurangi tuntutannya tetapi tidak berhasil , yang berarti perundingan menemui jalan buntu. Menurut perjanjian yang disepakati P. diponegoro bebas menuju tempat yang diinginkan tetapi De cock berlaku curang dengan memberi isyarat memasukkan pasukannya keruang perundingan.Maka tertangkaplah pimpinan tertinggi yang sangat kita kagumi itu dan berakhirlah peperangan di Jawa dengan pihak Belanda sebagai pemenang dengan tipu muslihatnya yang selalu digunakan dalam politik peperangan.
P. diponegoro beserta isrinya dan keluarganya langsung dibawa ke batavia pada tanggal 8 April 1830 , kemudian tanggal 30 april 1830 P. Diponegoro dibuang ke Menado dan diberangkatkan pada tanggal 4 Mei 1830 dan ditempatkan di benteng Amsterdam , tangga; 12 Juni 1830 P Diponegoro dipindah ke Makasar ditempatkan di Benteng Roterdam yang nama aslinya adalah Benteng Ujung Pandang karena letaknya di ujung kota Makasar , dibangun oleh Sultan hasanudin raja makasar dan jatuh ke tangan Belanda pada tahun 1669 . P Diponegoro berada dalam pengasingan selama 25 tahun hingga wafat pada tanggal 8 Januari 1855 dan dimakamkan di luar benteng di kampung Melayu bagian utara kota Ujung pandang.
beberapa peninggalan P. Diponegoro di Musium Diponegoro Magelang :Meja kursi perundingan ,
Jubah , teko/poci dan 7 buah cangkir , Bale bale tempat sholat , Lukisan dan beberapa buah patung yang ada di lingkungan luar musium .Jika Pengunjung mau melihat Musium P. Diponegoro melalui prosedur harus ijin ke kantor Bakorwil wil Kedu atau ketemu dengan Ibu Pinandoyo Wikanti,SH nanti beliau yang akan memberikan ijin dengan membawa surat permohonan kunjungan dari lembaga atau sekolahan atau rombongan secara resmi dengan mengisi buku tamu .... selamat berkunjung ke musium yang membawa nuansa kejuangan dan bisa menumbuhkan cinta kepada tanah air.Alamat Musium di Jalan P. Diponegoro No. 1 Magelang 56117 telpon ( 0293) 362220-362111 fax 0293-362308 e-mail bakorlin2@jawatengah.go.id
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar