"Keunggulan Manusia diukur dari Sumbangsih Pemikirannya"

Kamis, 27 Mei 2010

Ajaran Idiom Mikul dhuwur mendhem jero yang adiluhung


Saya ingin menceritakan sesuatu kepada pembaca, sebuah pembelajaran yang adiluhung, jika dijalankan oleh setiap orang atau warga negara maka keluarga atau negaranya akan menjadi keluarga sakinah mawadah warohmah atau negara Thoyibatun warobun ghofur atau gemah ripah loh jinawi.Sebuah idiom orang jawa yang sangat terkenal, yang jauh dari gembar gembor kehidupan dimasa sekarang , sering kita menyebutnya saat sebagai kondisi yang langka atau barang langka , dimana jika ingin mencarinya dibutuhkan waktu dan syarat yang mahal alias dibutuhkan pengorbanan yang tidak sedikit.memang idiom ini bukanlah tidak mungkin kita adakan atau sulit untuk mengadakan, namun hanya dibutuhkan persyaratan yang ringan saja, yaitu niat ingsun, niat dari dalam hati untuk melaksanakan saja, dimana jika setiap anak dari sebuah keluarga telah memiliki idiom ini maka tugas orang tua semakain ringan saja, karena kekurang percayaan kepada anak akan pupus jika sianak telah memiliki idiom ini, anak juga merasa dipercaya dalam menjalani kehidupan, karena anak telah dibentengi dengan sikap mentak teruji dan penalaran tingkat tinggi dalam rangka mengekspresikan jati dirinya, untuk menjalani hidup ini. Idoim yang sangat luar biasa ini sering kita sebut " Mikul dhuwur Mendhem Jero".
Setiap keluarga sangat berharap setiap anaknya memahami idiom ini, karena jika anak belum memahami idiom ini barang kali dengan adanya kondisi masyarakat yang seperti sekarang ini, yang ditandai dengan kemajuan teknoligi dibidang informasi misal kemajuan teknologi komunikasi ,TV, VCD, DVD, HP dimana begitu mudah manusia sekarang berkomunikasi dari suatu tempat ketempat lain dengan sangat cepat tanpa dibatasi ruang dan waktu , yang dalam dekade sebelumnya tidak mungkin terlaksana, sehingga informasi baik dan jelek begitu cepat terserap oleh anak anak kita , jika tanpa lambaran atau benteng yang kuat maka anak anak kita terseret kedalamnya , yang akibatnya anak anak kita bisa menjadi korban .Memang tidak semua informasi jelek untuk perkembangan anak kita namun kita perlu waspada saja , karena untuk menghancurkan budaya adiluhung yang ternama dimasyarakat kita yang cukup lama tertanam disanubari sebagian besar masyarakat Indonesia ini , bisa hancur dengan masuknya budaya asing yang tidak sesuai dengan budaya kita , akibat yang muncul adalah begitu mudah idak berbakti lagi kepada orang tua , anak begitu mudah menyepelekan perintah orang tua, anak begitu mudah melakukan pelanggaran baik tata krama maupun bersikap kasar kepada orang tua.Hal inilah yang membuat prihatin banyak orang tua sekarang ini, bagaimana cara untuk mengatasi perkembangan negatif ini.saya sering merenung begitu indah jika memiliki anak anak yang berbakti, anak yang tahu diri, anak yang bisa membanggakan orang tua, anak yang bisa menjadipanutan anak anak dari keluarga lain , wah luar biasa ,rasanya begitu nikmat dan bahagia, dibanding kita memiliki segala fasilitas d baik rumah , mobil, harta banyak namun anak anak kita tidak berbakti kepada kita, karena prinsip hidup kita sederhana saja kok, punya rumah so pasti, punya kendaraan merupakan impian , punya harta benda sebuah harapan , tapi kalau punya anak yang berbakti pasti itu tujuan /Goalnya sebuah keluarga, sehingga kalau disurh memilih antara antara kaya atau punya anak berbakti/soleh pasti kita memilih punya anak yang soleh.
Kita sekarang disuguhi berita yang nggegirisi atau berita yan menakutkan, misal seorang anak tega membunuh Ibu kandungnya atau tega membunuh ayah kandungnya, gara gara dimintai uang untuk minum minuman keras tidak boleh, anak tega menganiaya ibunya gara gara dilarang pacaran, anak lari dari rumah/minggat , dan berita berita yang memilukan, kok seperti ini ada ya ?.
Kita harus ikut membantu memecahkan masalah ini , dengan memberikan solusi atau pencerahan kepada masyarakat luas tentang keharmonisan sebuah keluarga dengan menjelaskan arti sebuah idiom sakti yaitu " Mikul dhuwur mendhem jero" , sebenarnya idiom ini jika kita bedah berasal dari dua kata Mikul dhuwur dan Mendem jero , arti mikul dhuwur adalah memikul tinggi tinggi, arti etimologisnya bahwa seorang anak berkewajiban mengharumkan nama ayah dan ibu serta martabat keluarga ,. Caranya dengan menghindari perbuatan tercela dan selalauberbuat mulia adalah usaha anakdalam rangka mikul dhuwur nama baikorang tuanya . Menjadi pelajar yang pintar atau mahasiswa yang cerdas, menghias diri dengan sopan santun dan ramah tamah , berprestasi dansukses adalah wujud dari perilaku yang menyenangkan hati orang tua. Demikian pula untuk masyarakat dan negara, seorang warga negara berkewajiban untuk mengharumkan nama baiknya dengan menjadi warga negara yang baik dan berprestasi demilang di dunia Internasional.Sedang Mendehem bukan berarti mabuk seperti mendehem kecubung, mendem jengkol, tetapi berarti mengubur, jero artinya dalam , mendhem jero maknanya mengubur dalam dalam keburukan dan kekurangan oran tua ,aib keluarga dan kelemahan masyarakat. sedapatdapatnya anak atau awarga negara harus menutupi apa yang menjadi rahasia keluarga dan masyarakat.
dalam lingkup yang lebih luas ,pemimpin yang sedang memerintah sebaiknya dapat menyembunyikan kekurangan pemimpin terdahulu. Dengan demikian saling dendam tidak akan terjadi. Pemimpin berikutnya tinggal melanjutkan program yang sudah ada, menjelek jelekkan pendahulu sama saja dengan melestarikan dendam dan permusuhan . Prinsip mendhem jero sangat mulia bila diterapkan dalam kehidupan keluarga, bermayarakat dan bernegara. Potret buram dan kenangan akan segera terhapus dan dapat menimbulkan rasa optimis baru.
Kita memang tidak boleh tinggal diam melihat perkembangan negatif akhir akhir ini, banyak anak anak muda menjadi korban oplosan minuman keras,narkoba dan bentuk penyalah gunaan obat dan perbuata yang menyimpang yang lain, sangat prihatin kita ini, was was jika melepaskan anak anak kita untuk melanjutkan kuliah atau sekaolah yang jauh pengawalan dan perhatian kita , kekawatiran ini wajar karena pihak pihak yang ingin agar anak bangsa menjadi rapuh yang berasal dari pihak asing nyata nyata ada, mereka menjajah negeri kita ini dengan wujud budaya , ekonomi dan bentuk bentuk lain yang sulit kita bendung.Maka kita saran saya segerakanlah ajaran adiluhung budaya jawa Mikul dhuwur mendhem jero betul betul kita tanamkan kepada anak anak kita ,agar generasi penerus kita tidak semakin terjerumus dalam jurang kesengsaraan ... Semoga

Nilai sebuah kesetiaan manusia


Seringkali kita mendengar kata setya, apalagi orang Jawa istilah Setya sangat kental , karena sering diucapkan, bagi orang yang memiliki nilai yang tinggi, dapat diukur dari cara orang tersebut menilai sebuah kata yaitu " Setya", sebenarnya apa arti Setya ? arti setya adalah setia atau loyal. Memiliki dedikasi dan menjadikan dedikasi itu sebagai kehormatan dirinya. Orang yang setia pada janji berarti memenuhi janji itu dan tidak melanggarnya.
Sering kali kita disuguhi sebuah cerita silat atau cerita pewayangan, dimana digambarkan seseorang Abdi, atau pembantu yang begitu setia kepada majikannya, kesetian yang dimilikinya melebihi setia pada keluarganya, sampai sampai jika majikan atau bendoronya sakit,rasanya ikut merasakan penderitaan yang dirasakan majikannya, inilah bentuk kejujuran orang kecil kalau sudah memiliki rasa setya atau setia, mereka tidak mengukur dari sudut pandang materi, tapi nilai kesetian telah melebihi segalanya.Saya pernah bertemu dengan abdi dalem kraton Mataram atau kraton Pakualaman, hampir sama modelnya, para abdi dalem ini luar biasa setyanya dengan sinuwun atau penguasa kerajaan, mereka dijadikan abdi dalem merupakan suatu kehormatan yang tidak ternilai, bangga dengan sebutan abdi dalem kraton, mengapa demikian, karena menganggap setiap penguasa atau pemimpin kerajaan pasti memiliki wahyu/ndaru, sehingga bernuansa wingit atau sakral, barang siapa tidak setya bisa kualat anak turunnya, anehnya kalau ditanya berapa gaji yang diterima biasanya mereka malu menyebutkannya, dia bilang berapapun yang diberi dari pihak kraton akan diterima dengan penuh syukur, dan anehnya ya cukup saja untuk hidup, walaupun jika dihitung secara matematika jelas nggak cukup, inilah yang disebut rejeki barokah, karena diterima dengan wujud syukur.
Kembali kita berbicara setya atau setia, orang yang loyal kepada atasan , adalah orang yang taat, hormat dan mematuhi perintahnya. Apalagi atasan mendapat cobaan, ia juga ikut prihatin. kalau atasannya jatuh, maka ia berusaha untuk mengiburnya. Duka atau suka ia akan tetap loyal.Kesetiaan yang murni , tulus dan jujur memiliki nilai yang tinggi. Kesetiaan tidak dapat ditukar dengan kenikmatan lahiriah . jabatan dan harta benda tidak dapat menggoyahkan kesetiaan yang tulus pada seseorang. Kesetiaan merupakan simpul kehormatan yang perlu dijaga. tapi ketulusan saat ini merupakan barang langka, apalagi para politisi saat ini keloyanan diukur dari jabatan atau fasiltas yang akan didapat, kawan bisa menjadi lawan dan sebaliknya lawan bisa menjadi kawan, tergantung deal deal politik mana yang paling menguntungkan dirinya dan kelompoknya, sehingga saya katakan barang langka karena semua diukur dari sudut materi.ada istilah Tidak ada teman yang abadi yang ada adalah kepentingan yang abadi, memang kalau semua diukur dari unsur politik, maka sudah tidak manusiawi lagi.
Untuk menjadi manusia yang memiliki sifat setia ini dapat belajar dari orang tua kita , atau eyang kita yang memiliki referensi lengkap tentang kesetiaan, Oleh karena itu kita tetap mituhu artinya berbakti dengan meyakini, mempercayai ajaran orang tua kita atau guru kita. Karena murid atau anak yang baik harus mituhu pada orang tua atau guru, karena biasanya anak yang mituhu akan cepat meresapkan ilmu pengetahuan di otaknya, dengan pelan pelan dan tertib ilmu yang diperoleh dari gurunya akan diterima dengan baik, sedikit demi sedikit ilmu akan berkumpul menjadi banyak,lama kelamaan tanpa beban anak yang mituhu itu akan menjadi menonjol ,kecakapannya diakui oleh orang lain sehingga masyarakat atau pemimpin yang mengetahui kecakapan dan ketrampilannya akan memanfaatkan dengan menjadi pegawai atau abdi yang setya dan menjadi andalan untuk mengatasi masalah yang melinglupi wilayah dimana dia bekerja.Karena yang dicari type manusia yang model begini adalah bukan materi namun bentuk penghargaan sebagai manusia, bahwa dia bisa bekerja dengan tulus dan setia kepada atasan,serta merasa bersyukur atas setiap karunia Allah SWT, wujud kemanusiaanya diukur dari sudut kesetiaan.
Sehingga orang yang model seperti ini sangat mitayani yang artinya dapat dipercaya karena mampu menyelesaikan pekerjaan segala bentuk isi pikiran , ucapan dan perbuatannya dapat dipercaya oleh orang lain, semoga kita dikelompokkan orang yang mitayani dalam setiap pekerjaan kita , untuk dianggap mitayani dia harus bersih,jujur dan bebas dari kesalahan fatal. Sekali berkhianat terhadap perilakunya, saat itu juga kepercayaan orang itu akan buyar. Cobaan dan godaan untuk menyeleweng memang bertubu tubi datang justru biasanya di saat mendapat keberuntungan, oleh karena itu kita bisa belajar dari orang yang tetap konsisten walaupun cobaan dan godaan datang silih berganti namun dia tetap berprestasi tinggi sehingga dia akan dikenang sepanjang masa.

Rabu, 26 Mei 2010

Pola hidup Gemi nastiti ngati ati sebuah pembelajaran


Saya ingat apa yang disampaikan eyang saya pada suatu sore,beliau mengatakan,"le suk yen kowe wis dewoso ojo lali kari simbah yo, aku weling karo kowe uripo kanti "gemi nastiti lan sing ati ati" ; itulah pesan eyang yang masih terngiang ditelingaku sampai saat ini, setelah bertanya kanan kiri pada yang paham betul sesareh ajaran Jawa tadi, ternyata mempunyai makna yang dalam untuk kita kaji.
Semua manusia ingin hidupnya teratur, bermakna, tentram dan bahagia, namun tidak semudah yang kita bayangkan, karena hidup saja sudah merupakan suatu masalah, mengapa demikian, karena jika hidup kita hanya diisi sesuatu yang tidak bermakna,maka sia sia belaka. Seringkali kita berupaya agar pola hidup kita sesuai harapan kita dengan mengatur pola kehidupan kita dengan menerapkan aturan yang ketat, terutama bagi keluarga kita, agar nantinya anak turunan kita tidak mengalami masalah kehidupan, jadwal telah ditetapkan mulai bangun tidur sampai siap berangkat tugas, pulang kerja dan akhirnya kembali istirahat tidur malam telah rutin ditaati, namun kejadianya tidak seperti yang kita harapkan, dalam seharian musti mengalami kejadian diluar skenario atau jadwal rutinnya, hal inilah yang perlu dipahami, bahwa hidup itu ada yang mengatur yaitu Allah SWT , yang menerapkan pola Invisible hand bahwa tangan Tuhan yang mengatur semua, dengan Sifat Rohman dan Rokhimnya manusia tidak dibiarkan begitu saja, namun secara ajaib Allah ikut campur tangan dalam kehidupan manusia dalam segala lapisan dan dengan berbagai skenario terselubung yang kalau dipikir tidak nalar, sehingga walaupun kita telah membuat skenario dan skedul jadwal hidup namun jika Allah berkehendak lain maka pola yang dibuat manusia tidak akan terlaksana, Antara harapan dengan kenyataan dapat dipastikan akan beda, karena Allah melihatnya dari sudut Rohman dan Rokhim nya sehingga jika nantinya tidak baik bagi manusia maka dengan ijin Allah semua akan berubah, kita sak titah menjalankan kersaning Allah istilah Jawanya Sakdermo nglakoni urip , makanya apa yang kita buat seyogyanga atas ijin Allah sehingga semua yang kita lakukan selalu berorientasi Berkah dan Rahmat Allah, kita tidak sia sia dalam menjalani hidup ini.
Nasihat Eyang saya diatas jika kita kaitkan dengan pola manajemen Qolbu tidak ada yang perlu dipertentangkan karena Sesareh Gemi mengandung makna hemat, cermat dan bersahaja. Orang yang selalu gemi selalu menghitung hitung segala pengeluaran agar dapat efektif dan efisien . Sikap gemi sama sekali berbeda dengan gaya hidup yang tamak dan pelit.Tindakan gemi dilandasi oleh perhitungan bahwa mengumpulkan harta tidaklah gampang. Dengan memeras keringat banting tulang pun belum tentu berhasil, oleh karena itu gaya hidup kemewahan , boros dan menghambur hamburkan uang sangat bertentangan dengan sikap hidup gemi . Sebenarnya sikap gemi merupakan tindakan dengan prinsip ekonomi berdasarkan pemikiran rasional , tepat sasaran dan tak mengundang kecemburuan.
Sesareh nastiti berkaitan dengan tindakan seseorang dalam mempergunakan harta bendanya. Orang Jawa sangat perhitungan dalam menggunakan hartanya . harta benda yang dikumpulkan dengan peras keringat itu dikelola agar pengeluaran tidak melampoi pemasukan sehingga menimbulkan banyak utang.Sehingga nasiti cenderung kepada bagaimana pemakainnya, sehingga gemi nastiti tidak mengandung unsur pelit , bakhil dan tamak, keduanya menggunakan pertimbangan rasional.
Harta benda yang dikeluarkan dengan sia sia dan tidak jelas arahnya akan mengundang kesengsaraan secara material . Apalagi penggunaan harta benda orang banyak dengan ceroboh , tentu akan membuat susah dan kesulitan . Sikap ati ati adalah keputusan pikiran dan perasaan yang berusaha untuk menghindari resiko terburuk baik bagi diri sendiri maupun oarang lain.
Kecelakaan di jalan raya adalah terjadi karena faktor kurang hati hati, perhitungan rasional antara sebab dan akibat tidak menjadi bahan pertimbangan . dorongan emosional untuk mengambil jalan pintas, cepat dan mudah akan menyebabkan perilaku ingin mendominasi orang lain. bahwa tindakan itu berbahaya , dia tidak peduli sama sekali. Perbuatan yang hanya menekankan faktor rasionalitas kadang kadang juga menyakitkan. Terjadinya penindasan di depan mata kalau hanya ditinjau dari segi rasional kepentingan, tentu mengandung perasaan kurang simpatik dari orang lain. Apalagi ketika menjadi seorang pemimpin, ngati ati dalam mengambil kebijakan adalah sangat penting agar kebijakan itu benar benar bijak dan tidak ada pihak pihak yang merasa dirugikan.
Sebuah kebetulan saya sering dipertemukan dengan orang orang yang dapat hidayah Allah, dimana dalam keseharinya senantiasa campur tangan Allah senantiasa terjadi, dibuktikan dengan keberhasilan hidup teman teman saya tadi, sehingga dari cerita teman saya, dapat saya gunakan sebagai pedoman menjalani hidup ini dengan lebih terarah, senantiasa ada kiblat yang saya tuju. Diantara teman saya ada yang pernah mengalami mati suri selama tiga hari , menurut ceritanya sudah dikafani selama tiga hari namun, ayahnya belum mengijinkan untuk dikubur karena menurut ayahnya, anaknya seperti lagi tidur, ternyata terbukti pada hari keTiga dia bangun lagi alias hidup lagi, dia banyak menceritakan pengalaman selama mati suri tapi dia tidak membuka diri untuk bercerita , saya hanya mendengar dan mengamini saja doanya.
Memang selagi kita masih diberi kesempatan untuk menjalani hidup ini seyogyanya kita jalani hidup ini dengan mengikuti sesareh eyang saya tadi uripo kanti Gemi nastiti ngati ngati , yang ternyata mempunyai makna yang sangat baik sebagai kiblat menjalani hidup ini , walaupun masih banyak sesareh sesareh hidup yang lain yang dapat digunakan sebagai rujukan dalam hidup kita sehari hari , semoga ada manfaatnya .

Selasa, 25 Mei 2010

Menjadi pemimpin yang dicintai Rakyat


Sebaik baiknya manusia adalah manusia yang sebesar besarnya berguna bagi orang lain ini sepenggal Hadist nabi Muhammad SAW, kita berusaha dengan sekuat tenaga mewujudkan keinginan itu, namun dalam perjalanannya ternyata untuk menjadi manusia yang baik sangatlah sulit.
Mengapa menjadi manusia baik sangat sulit ?, Ternyata untuk menjadi manusia yang baik dibutuhkan syarat dan kriteria yang jelas, karena dengan syarat dan kriteria yang jelas kebaikan manusia akan mudah diukur.
Manusia adalah ciptaan Allah SWT, dari proses kejadian menjadi manusia menurut ilmu biologi ternyata prosesnya tidak segampang yang kita pikirkan selama ini, ternyata melalui proses pertempuran sel sperma jantan sebanyak 250 Juta sel sperma untuk berusaha tetap hidup melayang layang menuju uterus sehingga bisa bertemu dengan sel betina, ternyata hanya hidup satu yaitu jadi manusia kecil alias bayi dalam kandungan sebagai bibit manusia, sehingga setelah dijadikan manusia seyogyanya kita tahu diri bahwa kita ditakdirkan sebagai pemenang atau pemimpin minmal untuk diri sendiri.
Banyak manusia yang menjalankan kehidupannya tanpa dituntun kearah kebaikan, hal ini ditandai dengan banyaknya manusia yang ingin menang sendiri dalam setiap kesempatan, merasa benar sendiri dalam setiap masalah, merasa jujur sendiri dalam setiap kasus, merasa pintar sendiri dalamsetiap diskusi atau pembicaraa, merasa paling kuat dalam setiap ada tantangan, merasa paling kaya jika ada kesempatan untuk pamer, merasa paling miskin jika ada kesempatan untuk meminta dan bentuk bentuk penampakan topeng kehidupan.
Sudah bukan menjadi rahasia lagi jika manusia senang kemewahan dan kekayaan, sehingga dengan berbagai cara manusia ingin menjadi kaya walaupun dengan cara yang tidak wajar, sehingga manusia mau menjadi budak setan, dengan melakukan berbuatan yang dikatagorikan sebagai perbuatan maksiat, namun manusia mau juga melakukan asalkan keinginannya terlaksana, sangat disayangkan hal demikian bisa terjadi, padahal kita hidup sudah ada pegangannya yaitu Kitab Allah dan hadist nabi jika beragama Islam atau kitab kitab lain selain agama Islam, namun kenyataanya tuntunan hanya tuntunan mereka rela melakukan perbuatan yang melanggar norma agama karena bisikan setan belaka.
Kembali kemasalah kriteria menjadi manusia yang baik itu seperti apa? , manusia yang baik adalah manusia yang menjalankan proses kehidupannya secara teratur, menjalankan proses kehidupannya sesuai titah Allah, yaitu sabar dan tawakal jika sedang mengalami masalah, semua masalah dikembalikan kepada yang maha memberi jalan keluar, jika bertingkah laku maka tetap menjaga norma sopan santun dan tepo seliro artinya setiap tindak tanduknya tetap menjaga perasaan orang lain, sehingga setiap orang yang diajak berkomunikasi dan bersilaturahmi mereka menganggap sebagai saudara sehingga akan merasa kehilangan jika jauh dari tatap mata kita, orang model seperti ini akan dirindukan keberadaanya, karena semua yang diutarakan merupakan solusi bagi orang lain.
Manusia dijadikan oleh Allah sebagai Khalifaf dimuka bumi ini, menjadi pemimpin namun ada persyaratan jika menjadi pemimpin, menurut filsafat Jawa, bahwa untuk menjadi pemimpin itu ada istilah pulung berupa wahyu atau ndaru artinya siapa yang mau menjadi pemimpin harus ada wahyu,pulung atau ndaru tadi.Dalam pewayangan , lakon yang menceritakan pulung kepemimpinan dilukiskan dengan memperoleh wahyu cakraningrat . Siapa saja yang memperoleh wahyu cakraningrat , maka dia dan keturunannya akan berhak menduduki tahta kepemimpinan. Tiga pangeran putra mahkota dalam pewayangan yaitu Lesmana dari Hastina,Samba dari Dwarawati , dan Abimanyu dari Amarta bersaing sengit dalam memperebutkan "Wahyu cakraningrat" agar tergenggam di tangannya. Karena Lesmana dan Sambatidak kuat menerima cobaan berupa wanita cantik, maka hanya Abimanyu yang kemudian berhasil memperolehnya. Akhirnya hanya Abimanyu yang bisa menurunkan raja di Hastina , yaitu Prabu Parikesit.
Orang Jawa suka dengan referensi kepemimpinan menurut Lakon Wahyu Makutharama. lakon ini menyuratkan kepemimpinan sosial yang terkenal dengan istilah Astabrata , yang berarti delapan prinsip :
1. Laku Hambeging Kisma
Maknanya seorang pemimpin yang selalu berbelas kasih dengan siapa saja. Kisma berarti tanah, tanah tidak memperdulikan siapa yang menginjaknya. semua dikasihani. Tanah selalu memperlihatkan Jasanya, walupun dicangkul, diinjak, dipupuk , dibajak tetapi malah memberi subur dan menumbuhkan tanaman. Filsafat tanah adalah air tuba dibalas air susu. Keburukan dibalas dengan kebaikan.
2. Laku Hambeging Tirta
maknanya seorang pemimpin harus adil seperti air yang selalu rata permukannya. KEadilan yangditegakkan bisa memberi kecerahan ibarat air yang membersihakan kotoran . air tidak pernah emban oyot emban cindhe " pilih kasih".
3. Laku hambeging dahana
Maknanyaseorang pemimpin harus tegas seperti api yang sedang membakar. namun pertimbangannya berdasarkan akal sehat yang bisa dipertanggung jawabkan sehingga tidak membawa kerusakan di muka bumi.
4. Laku Hambeging Samirana
Maknanya seorang pemimpin harus berjiwa teliti dimana saja berada. baik buruk rakyat harus diketahui oleh mata kepala sendiri, tanpa menggantungkan laporan dari bawahan saja. Bawahan cenderung selektif dalam memberi informasi untuk berusaha menyenangkan pimpinan.
5. Laku hambeging Samodra
maknanya seorang pemimpin harus mempunyai sifat pemaaf sebagaimana samudra raya yang siap menampung apa saja yang hanyut dari daratan.Jiwa samudra mencerminkan pendukung pluralisme dalam hidup bermasyarakatyang berkarakter majemuk.
6. Laku Hambeging Surya
Maknanya seorang pemimpin harus memberi inspirasi pada bawahan ibarat matahari yang selalau menyionari bumi dan memberi energi pada setiap makhluk.
7. Laku Hambeging candra
Maknanya seorang pemimpin harus memberi penerangan yang menyejukkan seperti bulan bersinar terang benderang namun tidak panas. bahkan terang bulan tampak indah sekali . Orangdesa menyebutnya purnama Sidi
8. Laku Hambeging Kartika
Maknanya seorang pemimpin harus tetap percaya diri meskipun dalam dirinya ada kekurangan . Ibarat bintangbintang di langit angkas, walaupun ia sangat kecil tapidengan optimis memancarkan cahayanya , sebagai sumbangan buat kehidupan.
ajaran jawa Asta brata memberikan kesadaran kosmis bahaw dunia dengan segala isinya m,engandung pelajaran bagi manusia yang mau merenung dan menelitinya. Norma kepemimpinan jawa dikenal dengan ungkapan Sabda pandita ratu tan kena wola wali, maksudnya seorang pemimpin harus konsekwen untuk melaksanakan dan wewujudkan apa yang telah dikatakan. Masyarakat desa menyebutnya sebagai orang yang bersifat berbudi bawa leksana yaitu teguh berpegang janjinya.
Kita seharusnya selalu bersyukur kepada Allah SWT dengan menjalankan pola kehidupan yang teratur dengan tidak melanggar aturan Allah, dan jika kita sebagai pemimpin haruslah bertindak dengan pola perilaku pemimpin yang baik, sehingga proses menjadi pemimpin dalam waktu lama karena senantisa dalam lindungan Allah dan jika pada saatnya nanti sudajh tidak jadi pemimpin masih saja ada yang mengelu lukan kita yang artinya saat kita menjadi pemimpin kita dinilai Adil dan bijaksana serta trampil dan disenangi anak buahnya.... semoga

Minggu, 23 Mei 2010

Nasihat ayah kepada Putranya


Dalam proses mengantar putranya menjadi orang terpandang, diceritakan seorang ayah memberikan nasehat yang bisa digunakan untuk referensi buat kita sebagai orang tua yaitu dibagi menjadi 9 episode :
episode I :
Ayah memberikan nasihat tentang berbakti kepada Allah SWT, anakku kamu lahir karena ijin dan Ridho dari Allah, makanya warnailah hidupmu dengan Taqwa kepada Allah , karena dengan Taqwa kepada Allah niscaya hidupmu akan mudah, tidak ada yang tidak karena ijin Allah, sehingga kamu jangan menganggap remeh semua kejadian di dunia ini, ingatlah semua manusia yang sukses karena memperoleh hidayah Allah sehingga laksanakan semua perintah Allah dengan Ikhlas, tawadhu dan berlakulah sabar, niscaya kamu akan disayang Allah, jalinlah loby dengan Allah, jalinkan hubungan dengan yang memberikan hidup ini sehingga hidupmu mudah, semua yang akan kamu lakukan hendaklah dengan minta ijin kepada Allah, sehingga perjalanan hidupmu menjadi mudah anakku, ingat itu!
episode II
Ayah memberikan nasehat tentang masalah cara menghargai orang lain:
anakku jika engkau sudah beranjak dewasa satu hal yang perlu diwaspadai adalah masalah menghargai orang lain, kamu jangan anggap remeh masalah ini, kepada siapapun juga baik orang besar atau orang kecil, yang berkomunikasi denganmu harus engkau hormati, karena dibalik penghormatan itu, banyak rahasia kehidupan yang muncul akibat menghargai orang lain, misalnya munculnya rasa kepercayaan kepadamu, munculnya tanggung jawab lebih karena kamu dianggap mampu mengkomunikasikan keinginan orang lain , bahkan muncul penghargaan yang lain yaitu kamu dianggap pemimpin karena mampu menjebatani antar kepentingan di lingkungan masyarakat, banyak hal yang bisa dikembangkan akibat kita bisa menjalankan peran sebagai seorang yang santun dan memiliki tatakrama, sehingga harapan besar muncul secara otomatis bagi mereka yang dianggap mampu dijadikan tokoh panutan, jika hal ini terjadi tunggu tanggal mainnya, suatu saat apa yang menjadi harapanmu terutama dalam hubungan dengan masyarakat pasti akan terwujud.
Episode III
Ayah memberikan nasehat tentang cara berkata, dalam hal berkata kata diharapkan menggunakan tata aturan yang sopan, intonasi juga harus halus jangan berkata kasar atau berkata jorok, sekali kamu melakukan perkataan kotor dan disaksikan banyak orang maka kamu akan dicap sebagai orang yang tidak memeiliki sopan santun dalam berbicara, dampak dari cap ini maka kamu tidak akan dianggap cakap menangani masalah loby sehingga kebisaanmu terbatas, hal lain yang perlu diperhatikan masalah bicara adalah istilah empan papan dalam bahasa jawa yang artinya kapan waktu yang tepat untuk berbicara sesuatu, sehingga tidak generalisasi artinya ada waktunya untuk berbicara dan diam, kemudian istilah ojo dumeh dalam berbicara juga perlu diatur sehingga tidak boleh semena mena dalam berkata kata.
episode IV
Ayah memberikan nasehat tentang berkata "Ya" yang artinya mengiyakan atau menyetujui namun kenyataanya tidak melaksanakan kesanggupannya, hati hati anaku istilah "Ya" ini dalam maksudnya karena orientasinya pada ketrampilan dan kepandaianmu mengatasi masalah, jika kamu telah berkata "Ya" namun kamu tidak melaksanakan atau menghindarinya maka bisa dipastikan kamu tidak dipakai lagi, jika suatusaat ada masalah yang lebih besar, biasanya anakku jika orang mampu mnegtasi masalah besar maka rejekinya juga besar, sehingga tanggung jawab yang datang kepadamu harus kamu laksanakan dengan sebaik baiknya, sehingga nantinya kamu dianggap mampu jika ada pekerjaan besar datang kepadamu, ingat itu anakku!!
Episode V
Ayah memberikan nasehat tentang menolong orang lain, jika kamu dapat rejeki berarpun besarnya haruslah ingat bahwa minmal 2,5% adalah bukan hakmu, sehingga kamu harus merelakan yang bukan hakmu segerakanlah kamu berikan pada yang berhak , jangan kamu tunda tunda, karena jika kamu senang dengan sedekah maka rejekimu akan barokah, akan mengalir terus, segerakanlah kamu menolong orang lain yang membutuhkan pertolongan , karena prinsipnya hidup adalah saling tolong menolong, karena nikmatnya hidup jika kita bisa membantu orang lain.
episode VI
Ayah memberikan nasehat tentang cara menghormati orang tua dengan mikul duwur mendem jero artinya mengangkat nama baik orang tua dengan berbuat yang terbaik dan menghapus dan menghilangkan keburukan orang tua dengan melupakannya , dengan berbuat sesuatu dengan mengingat selalu menjaga martabat orang tua baik ayah ataupun ibunya, sehingga orang lain mengingatnya dengan kebaikannya, bukan keburukannya.Jika kita berbuat yang terbaik maka secara tidaklangsung juga mengangkat nama baik orang tua kita.
episode VII
Ayah memberikan nasehat tentang Cara membawa diri, dimanapun kau berada kamu harus ingat bahwa kamu adalah anakku, yang senantiasa membawa diri dengan sikap dan pemikiran yang maju dan serta penuh perhitungan artinya tidak asal asalan semata, sehingga tindakan yang kita ambil pasti melalui proses perhitungan yang matang sehingga dikemudian hari jika terjadi masalah maka kita bisa dengan mudah mengatasinya, kamu harus berpenampilan rendah hati tidak boleh sombong, sehingga kamu akan dikagumi setiap orang karena pembawaanmu tenang, intonasi suara betul betul kamu jaga, tidak asal ngomong namun melalui proses berfikir kritis dan penuh perhitungan dan penuh dengan ketenangan hati.
Episode VIII
Ayah memberikan nasehat tentang uang , anakku jika kamu nantinya sudah berpenghasilan, maka uangmu harus kamu atur sedemikian rupa sehingga jangan sampai kamu kehabisan uang dalam hidupmu, karena Allah lebih senang pada yang kaya beriman baru berikutknya adalah miskin beriman jadinya urutannya lebih dahulu yang kaya beriman, oleh karena itu aku sarankan anakku kamu harus kaya dan beriman, tangan diatas lebih mulia dari pada tangan dibawah, pihak pemberi lebih mulia dimata Allah daripada tangan dibawah sebagai penerima.Ayah berharap kamu bisa jadi pengusaha yang sukses yang membawa usahamu dengan jalan yang benar, bisa memperkerjakan banyak orang , bisa membantu mereka yang mencari penghasilan, carilah ide terus menerus agar uangmu bekerja untuk kamu, jangan sampai kamu bekerja untuk uang, karena jika kamu bekerja untuk uang artinya kamu belum sukses, biar uang yang bekerja untuk kamu oleh karena itu kamu memiliki bisnis dengan cerdas , yaitu bisnis yang dipilih karena betul betul dibutuhkan dan menjadi contoh bagi bisnis lain.
Episode IX
Ayah memberikan nasehat tentang pemanfaatan waktu, anakku waktu seperti halnya sebuah pedang menurut orang arab, jika kamu tidak bisa memanfaatkan waktu dengan baik maka ibaratnya kamu terhunus pedang, gunakan waktu semaksimal mungkin untuk hal yang produktif, jangan boros dan jangan meremehkan waktu , karena waktulah yang menentukan kamu akan sukses atau tidak tergantung waktu, kamu akan tertinggal atau tidak, kamu yang akan merasakan, satu hal yang harus kamu pikirkan bahwa jika kamu tidak menggunakan waktu dengan baik maka hidupmu akan sia sia belaka, maka menurut filsafat china kuno waktu dibagi menjadi 4 yaitu , muda, dewasa , kerja , tua , dan tidak bisa diputar lagi, sehingga jika boros waktu tiba tiba sudah sampai masa tua dan habislah kamu.Umur orang tidak bisa ditebak tapi hanya bisa diatur oleh kita agar benar benar bermanfaat untuk bekal masa depan.
Demikian cerita sekilah tentang nasehat ayah kepada putranya semoga ada manfaatnya bagi pembaca sekalian dan menjadi pelajaran berharga sebagai orang tua dalam mendidik putra putrinya.... Amin.

Sabtu, 22 Mei 2010

Hidup penuh prestasi agar rejeki hadir kepada kita


Setiap manusia butuh penghargaan, baik dalam bentuk pujian, harapan atau bentuk fisik berupa hadiah uang /benda.Nah jika manusia butuh itu semua, mengapa kita tidak berusaha untuk meraihnya.
Perlu dipahami bahwa munculnya hadiah diakibatkan adanya prestasi, artinya hadiah baru muncul jika kita berprestasi, bukan doorprice dalam hal ini, yang dapatnya hadiah karena ikut atau memenuhi syarat doorprice, sehingga kita dapat hadiah karena memenuhi syarat undian doorprice, yang kita bicarakan adalah hadiah karena prestasi.
Pada saat penulis menonton acara TV di station RCTI dalam acara Silet, diceritakan oleh presenter bahwa para pemenang Panasonic Award memperoleh hadiah dari sponsor berupa picnik ke tempat tempat hiburan di Amerika, digambarkan bahwa para pemenang menikmati betul hadiah tersebut, sehingga menjadi momen yang tidak terlupakan buat mereka.
Perlu diketahui dalam hidup ini menganut prinsip Prestasi akan diimbangi oleh rejeki artinya bahwa rejeki akan mengikuti prestasi, siapa saja tanpa kecuali jika mau rejekinya baik maka harus berprestasi, ini kata kuncinya, maka kepada saudara saudara dimana saja, jika anda mau hidup lebih baik ubahlah pola perilaku saudara untuk mengikuti prinsip hidup ini ! , berprestasilah anda dimana saja anda berada, karena dengan berprestasi maka keberadaan anda akan diperhitungkan, kita lihat jaman revolusi di Inggris abad XVIII atau sebelumnya yaitu abad XVII, digambarkan bahwa pada masa itu siapa saja yang dianggap ada harus berfikir artinya bahwa kamu ada karena kamu berfikir, artinya begitu besar daya pikir diagungkan, apa akibat dari pola pemikiran saat itu ,yaitu banyak munculnya para filosof atau penemu karena pada masa itu keberadaan manusia diukur dengan keikut sertaanya dalam proses peningkatan produktifitas, kamu ada karena kamu berfikir, agar kamu dianggap ada maka kamu harus menghasilkan karya bagi manusia lain, apapun bentuknya baik itu karya dibidang seni,ekonomi,kebudayaan,politik,hukum,bahasa, makanan, obat obatan atau apapun yang penting berguna bagi manusia lain.
Sering kali kita terjebak dengan rutinitas kehidupan tanpa prestasi, hidup kita diisi dengan pola kehidupan biasa biasa saja, sehingga kita ya tidak pernah dapat hadiah, dan anehnya kebanyakan manusia senang dengan kondisi ini, aneh ..... kita ini, hidup sekali tapi diisi dengan pola kehidupan tanpa prestasi!, banyak waktu terbuang percuma, banyak kita habiskan secara boros, tanpa menghasilkan sesuatu apapun , sehingga rejeki kita bisa kita hitung artinyapendapatan kita bisa kita hitung, padahal untuk meningkatkan kualitas kehidupan kita, kita butuh materi atau uang atau alat tukar apapun agar semua kebutuhan kita dapat terpenuhi dengan bentuk kualitas yang prima , artinya tidak asal asalan, oleh karena itu dibtuhkan bentuk kerja keras dan kerja cerdas agar, pihak atau orang lain yang butuh jasa dari kerja kita puas dan akhirnya memberikan imbalan yang maksimal buat kehidupan kita, setelah dapat kita kumpulkan untuk ditabung dan digunakan untuk meningkatkan image tentang hidup kita, kita harus berupaya dengan sekuat tenaga agar hidup kita berkualitas sehingga hidup kita dihargai orang, Menurut Harald Shumacher dalam Bukunya yang terkenal " Small is Beutifully" digambarkan bahwa sebaiknya bagi semua saja harus memperlakukan kata kunci ini, dimana saja dan kapan saja maka prinsip Kecil tapi Indah harus diterapkan, digambarkan bahwa jika kita menganut kecil tapi indah, maka keberadaan kita selalu dinanti, keberadaan kita selalu diharapkan bagi orang lain, ada sumbangsih yang datang dari kita, seperti layaknya sebuah berlian walaupun kecil tapi harganya mahal, semua orang berlomba lomba untuk memilikinya. Arti dari Pola pemikiran Sumacher ini sangat berarti buat kita, karena jika keberadaan kita ingin dianggap ada maka harus memunculkan daya sinar kecermelangan, sehingga semua pihak atau orang akan menoleh kearah sinar tersebut, buatlah seelok mungkin sinar itu atau seterang mungkin sehingga hanya muncul kekaguman belaka, sehingga setiap oerang tidak segan segan merogoh kantung untuk memiliki benda yang bersinar tersebut walaupun dengan mengorbankan harta bendanya yang lain yang penting bisa memperoleh atau menguasai benda tersebut.
Nah gambaran singkat tersebut diartikan bahwa jika kita berprestasi maka tidak satupun pihak atau orang atau lembaga yang akan menolak syarat apapun yang kita minta , karena begitu banyak yang berminat kepada kita, maka hukum permintaan dan penawaran akan secara otomatis berlaku , siapa yang siap mengorbankan sejumlah uang atau hadiah maka akan bisa meraih benda yang diinginkan tersebut , artinya semakin banyak yang minat maka kita bisa menaikan tarif kita, apalagi sifatnya hanya monopoli atau penjual tunggal, sehingga harga kita begitu tinggi.
Saya ingin menjelaskan kepada saudara bahwa keberadaan orang yang punya prestasi, akan sangat tinggi apalagi orang tersebut tahu diri bahwa semua karena Ridho Allah SWT, maka orang itu dimata Allah akan ditinggikan karena orang tersebut mensyukuri nikmat yang diberikan oleh Allah, artinya semua nikmat yang diberikan disyukurinya sehingga harga sebuah prestasi muncul karena juga adanya Ridho Allah, sehingga keberhasilan akan berlanjut jika munsyukuri nikmat Allah , tapi akan berhenti jika kufur nikmat, makanya jika kita sudah tahu diri, lebih mudah untuk mengendalikanya karena semua nikmat berasal dari Allah SWT sehingga pandai pandailah agar semua nikmat tidak lepas dari kita gara gara kita kufur nikmat.
Sering kali lupa, setelah prestasi kita raih dan hadiah kita peroleh kita lupa diri, sehingga hadiah dan prestasi kita cepat lepas dari kita, oleh karena itu saya sarankan untuk semua saja agar langgeng prestasi kita kita selalu mencoba tahu diri dalam bentuk mampu mengendalikan diri untuk mengatur manajemen sedemikian rupa agar awet atau langgeng dengan menggunakan konsep Alquran yaitu konsep " Undur kaifa " artinya kita memunculkan kewaspadaan dengan satu kata " kalau begini apa yang harus aku lakukan " saya gambarkan beini , jika lantai kotor aku harus bagaimana, kalau cucian piring banyak ,akau harus bagaimana, kalau kamar kotor aku harus bagaimana, kalau uangku banyak aku harus bagaimana, kalau tetanggaku miskisn akau harus bagaimana , kalau kalau yang lain masih beitu banyak, yang jelas setelah kita berprestasi kita tidak boleh sombong, angkuh ,takabur, merasa paling bersih, paling jujur,paling rajin, paling kaya, paling sehat dan paling paling yang lain , yang kesemuanya adalah cobaan buat kita, karena kalau kita terjebag masuk ke perasaan yang paling tadi, maka bisa dipastikan kita prestasi kita akan luntur dan hadiah tidak akan muncul lagi artinya, akan tamat , akan disi oleh manusia yang lain yang lebih berbobot dan bermatabat dimata Allah dengan segala persiapanya dan prestasi sehingga orang lain mengagungkan dirinya , hidup itu berputar seperti roda kadang diatas kadang dibawah maka kita perlu waspada , dan berihktiar agar kita selalu berada diposisi yang baik dengan jalan hidup penuh prestasi dan tahu diri sehingga kita selalu ingat, akan peringatan Allah SWT pada saat kita diposisi atas maka kita selalu bersyukur atas semua nikmat yang datang dari Allah SWt ....Semoga

Keingintahuan yang menggelitik


Sesuatu yang lucu muncul secara tiba tiba saat kita berkumpul dengan anak anak, mereka dengan polosnya mengucapkan kata kata atau nyanyian, celotehan orang dewasa, kadang kadang celotehan anak tersebut jika didengar bisa bikin merah telinga, atau bahkan protes dari orang lain, mereka bilang kita mendidiknya kurang benar sehingga mereka meminta untuk memperhatikan/mendidik anak yang benar.Ya namanya anak anak, sesuatu kajian menarik untuk mulai menulis tentang tingkah laku mereka.
Seringkali jika kita amati, anak anak kebanyakan meniru tingkah laku kakak kakaknya atau orang lain yang sering berhubungan langsung dengan anak tersebut. Sehingga apa saja yang diperbuat si kakak akan ditiru jika menurut si anak bisa menjadi obyek perhatian untuk orang lain, si anak akan memberontak jika keinginannya ditolak atau dilarang, sehingga kita yang lebih dewasa harusnya mengerti akan dunia mereka.
Menurut kak Seto Mulyadi dalam sebuah wawancara televisi beliau mengatakan " anak sering kali meniru perbuatan orang dewasa atau orang lain yang dekat dekat si anak, sehingga perlu waspada dan hati hati jika akan mengeluarkan kata kata atau pernyataan yang keras/kotor, karena merupakan obyek tiruan bagi si anak.Kita sering menganggap hal biasa tetapi kenyataannya mempunyai dampak yang tidak baik bagi masa depan perkembangan si anak.
Yang menjadi pertanyaan adalah:" mengapa anak anak suka meniru perbuatan orang lain atau kakaknya atau orang dewasa yang dekat dengan mereka? " nah inilah yang akan kita lihat bersama.
Sering tidak disadari orangtua sesungguhnya merupakan tokoh panutan bagi anak. Celoteh, tindak-tanduk, bahkan mimik muka kita pun bisa ditiru anak. Untuk perilaku positif tentu kita senang. Tapi untuk yang buruk? Tentu tak satu pun orangtua ingin menularkan pada anak mereka.

Ada cerita soal imitasi ucapan ibu pada anaknya. Ketika seorang ibu memanggil anak sulungnya keluar kamar, tiba-tiba anaknya dengan dengan fasih meneruskan ucapan ibunya saat mengingatkannya untuk segera bersiap sekolah.

“Nanti terlambat, sebentar lagi jam setengah tujuh, ayah sudah mau berangkat, jangan sampai ketinggalan, ayo minum susunya, habisakan rotinya!” tiru sang anak sambil bersungut-sungut manuju meja makan.

“Udah hafal deh Bu! Bosen” sambung sang anak cuek sambil duduk di ruang makan. Sang ibu tidak menyangka kalau ucapan yang tanpa sadar diucapkan berulang-ulang setiap pagi bisa ditiru persis sekali sampai nada tinggi rendahnya pula.

Kemudian ada cerita lainya, saat seorang ayah mendapat pujian dari jamaah masjid di daerahnya, “Hebat ya anak-anaknya pak ikhsan, semua pada rajin ke masjid, sama kayak bapaknya.”

Mendengar ini, bisa terjadi jika sang ayah memberikan contoh yang baik bagi anak-anaknya. Dan untuk menjadi contoh yang baik ini, sang ayah bertahun-tahun harus melawan sifat malasnya untuk pergi shalat subuh di masjid.

Orang tua adalah model utama

Dalam bersikap dan bertingkah laku setiap anak memang banyak meniru pada lingkungannya, mulai dari orangtua, nenek-kakek, om-tante, pengasuh, tetangga, sekolah, guru, teman, bahkan dari tv dan vcd yang ia tonton.

Anak mudah sekali meniru apa yang dia lihat dan menjadikan lingkungan sebagai model kehidupan. Mulai dari ucapan, misalnya kata-kata yang mudah untuk diikuti. Atau, tingkah laku yang dilihat dari tontonan film.

Orangtua pada umumnya menjadi model utama bagi anak. Karena ayah dan ibu adalah dua orang yang berperan dalam pola asuh anak sejak dia hadir ke dunia. Maka, jangan kaget bila cara saat orangtua marah maupun saat menunjukkan kasih sayang, semua akan ditiru dan dipelajari anak.

Bila orangtua terbiasa menggunakan kata-kata kasar atau caci maki saat kesal dengan orang lain, anak juga akn mempelajarinya dan berpikitr, “oh, kalau marah atau kesal sama orang, begitu ya caranya.” Sehingga, ketika anak kesal pada temannya, maka dia akan begitu juga.

Sebaliknya jika orang tua mengajarkan untuk saling sayang, saling menghormati, tamu datang dihormati, hormat pada orangtua dan kakak, sayang pada adik, bahkan binatang pun disayang. Anak pun akan menirunya. Pada semua orang anak akan menunjukkan rasa hormatnya dan bersikap santun.

Ayo, jadi model yang baik

Banyak orangtua yang memiliki harapan tinggi terhadap anaknya, namun perilaku yang diharapkanya belum dilakukannya. Misalnya, berharap anaknya senang membaca, tetapi orangtua sendiri tidak suka membaca. Menyuruh anaknya sholat berjamaah, padahal dirinya sendiri sering meninggalkanya. Tentu cara ini tidak akan efektif.

Contoh yang baik, akan lebih melekat pada anak bila diiringi dengan penjelasan. Apa manfaatnya senang membaca buku, apa keuntungannya berjamaah di masjid dan sebagainya.

Dengan begitu, anak secara perlahan mulai mengerti tentang pentingnya melakukan perbuatan-perbuatan itu. Sehingga yang diharapkan adalah anak melakukan perilaku tersebut secara sadar dan menyenanginya, bukan karena paksaan. Maka dari itu, mari mulai sekarang kita memaksakan diri menjadi model yang baik untuk anak.

Minggu, 16 Mei 2010

Banyak yang Mau Berubah, tapi Memilih Jalan Mundur


Setiap orang memiliki jalan kehidupan masing masing sehingga tidak bisa dipungkiri bahwa pengalaman hidup juga beraneka ragam ceriteranya , satu hal yang harus dipahami adalah kita harus tahu diri, artinya bahwa kita bertindak sesuai dengan kadar kekuatan kita, jangan memaksakan diri yang akhirnya kita mengalami kesulitan kehidupan akibat kekurangan amunisi untuk mengatasi masalah yang mendera kehidupan kita,kita punya senjata namun tidak ada pelurunya, saya analogikan demikian, banyak ketrampilan yang kita miliki namun jarang bisa kita gunakan untuk mengatasi permasalah kehidupan karena belum memperoleh hidayah dari Allah SWt , karena kita merasa sudah mampu mengatasi semua permasalahan kehidupan tanpa campur tangan Allah , sombong nian kita ini , kisah ini kita ambil dari ceramah on line Ustad Kyai Yusuf Mansyur, semoga bermanfaat buat kita ... Amien sumber kapanlagi.com

Satu hari saya jalan melintas di satu daerah. Tertidur di dalam mobil. Saat terbangun, ada tanda pom bensin sebentar lagi. Saya berpesan ke supir saya, “Nanti di depan ke kiri ya.”
“Masih banyak, Pak Ustad,” jawab sopir saya.
Saya paham. Si sopir mengira, saya ingin membeli bensin. Padahal bukan.
“Saya mau pipis,” jelas saya pada sopir.
Begitu berhenti dan keluar dari mobil, ada seorang sekuriti.
“Pak Ustadz!” panggilnya seraya melambaikan tangan dari kejauhan dan mendekati saya.
Saya menghentikan langkah. Menunggu si sekuriti.
“Pak Ustadz, alhamdulillah nih bisa ketemu Pak Ustadz. Biasanya kan hanya melihat di TV saja,” ujarnya sembari tersenyum sumringah.
Saya juga tersenyum. Insya Allah, saya tidak merasa gede rasa. “Saya ke toilet dulu ya,” kata saya meminta pengertian sang sekuriti.
“Nanti saya pengen ngobrol. Boleh Ustadz?” laki-laki itu berusaha menahan langkah saya.
“Saya buru-buru, lho. Tentang apaan sih?” jawab saya sembari menatapnya tajam.
“Saya bosen jadi satpam Pak Ustad.”
Sejurus kemudian saya sadar. Ini pasti Allah pasti yang memberhentikan langkah saya.
Lagi enak-enak tidur di perjalanan, saya terbangun karena ingin pipis, lantas sampai di sebuah pom bensin, hingga akhirnya bertemu sekuriti ini. Berarti barangkali saya harus berbicara dengannya. Sekuriti ini barangkali “target operasi” dakwah hari ini. Bukan jadwal setelah ini. Demikian saya membatin.
“Ok, nanti setelah dari toilet ya,” jawab saya pada sang satpam.
***
“Jadi, gimana? Bosen jadi satpam? Emangnya nggak gajian?” tanya saya membuka percakapan. Saya mencari warung kopi, untuk bicara-bicara dengan beliau ini. Alhamdulillah ini pom bensin bagus banget. Ada minimart-nya yang dilengkapi fasilitas ngopi-ngopi ringan.
“Gaji mah ada, Ustadz. Tapi masak gini-gini aja nasib saya?”
“Gini-gini aja itu karena ibadah Bapak juga gini-gini aja. Disetel bagaimanapun, agak susah merubahnya.”
“Wah, ustadz langsung nembak aja nih.”
Saya meminta maaf kepada sekuriti ini umpama ada perkataan saya yang salah. Tapi umumnya begitulah manusia. Rezeki mau banyak, tapi kepada Allah tidak mau mendekat. Rezeki mau bertambah, tapi ibadah tidak mau ditambah. Dari dulu tetap begitu-begitu saja.
“Sudah shalat ashar?”
“Barusan, Pak Ustadz. Soalnya kita kan tugas. Tugas juga kan ibadah, iya nggak? Ya saya pikir sama saja.”
“Oh, jadi nggak apa-apa telat, ya? Karena menurut Bapak, kerja Bapak adalah juga ibadah?”
Sekuriti itu tersenyum meringis. Mungkin ia jujur mengatakan demikian. Mungkin juga tidak. Artinya, sekuriti itu bisa benar-benar menganggap pekerjaannya sebagai ibadah. Namun bisa juga tidak. Anggapan pekerjaan sebagai ibadah cuma sebatas ucapan saja. Lagi pula jika menganggap pekerjaan-pekerjaan kita adalah ibadah, maka apa yang kita lakukan di dunia ini semuanya juga ibadah kalau kita niatkan sebagai ibadah.
Tapi, hal itu ada syaratnya. Apa syaratnya? Yakni kalau ibadah wajib dijadikan prioritas nomor satu. Kalau ibadah wajibnya dijadikan prioritas nomor tujuh belas, tentu adalah bohong belaka jika menganggap pekerjaan sebagai ibadah. Lantas, apakah kita tidak boleh meniatkan pekerjaan sebagai ibadah? Tentu saja boleh! Bahkan bagus sekali, bukan hanya boleh. Tapi kemudian kita umpamakan demikian. Suatu saat, kita menerima tamu, kemudian Allah datang. Artinya kita menerima tamu, tepat ketika waktu shalat tiba. Kemudian kita abaikan shalat. Kita abaikan Allah. Nah, apakah demikian masih pantas pekerjaan kita disebut sebagai ibadah? Apalagi kalau kemudian hasil pekerjaan dan usaha, hanya sedikit yang diberikan kepada Allah daripada untuk kebutuhan-kebutuhan kita sendiri. Tampaknya, kita perlu memikirkan kembali ungkapan “pekerjaan sebagai ibadah.”
Saya kembali bertanya pada si sekuriti, “Kata ‘barusan’ itu maksudnya jam setengah limaan, ya? Saya kan baru jam 5 nih masuk ke pom bensin ini.”
“Ya, kurang lebih, deh,” ujar si sekuriti seraya tersenyum kecut.
Saya masih ingat, dulu saya dikoreksi oleh seorang faqih, seorang alim, bahwa shalat itu harus tepat waktu. Di awal waktu. Bagaimana mungkin kita ingin diperhatikan oleh Sang Maha Memberi Rezeki jika shalat kita tidak tepat waktu?!
Aqimish shalaata lidzikrii. Dirikanlah shalat untuk mengingat-Ku. Lalu, kita bersantai-santai dalam mendirikan shalat. Menunda-nunda. Itu kan jadi sama saja dengan menunda-nunda dalam mengingat Allah. Maka lalu saya ingatkan sekuriti itu. Entahlah, saya merasa he is the man yang Allah sedang berkenan mengubahnya dengan mempertemukan dia dengan saya.
“Gini ya, Pak. Kalau Bapak shalat asar jam setengah lima, maka Bapak jauh sekali tertinggal untuk mengejar dunia. Bapak sudah telat sejam setengah jika waktu ashar sekarang dimulai pada jam tiga kurang sedikit. Bila dalam sehari semalam kita shalat telat terus, dan kemudian dikalikan sejak akil baligh, sejak diwajibkan shalat, kita telat terus, maka berapa jarak ketertinggalan kita? 5 x 1,5 jam, lalu dikalikan sekian hari dalam sebulan, dan sekian bulan dalam setahun, dan dikalikan lagi sekian tahun kita telat. Itu baru soal telat saja. Belum kalau ketinggalan atau kelupaan. Lebih bahaya lagi kalau benar-benar sengaja tidak shalat! Wah, makin jauh saja mestinya kita dari senang!”
Mudah-mudahan sekuriti ini paham apa yang saya katakan. Dari raut mukanya, tampaknya ia paham. Mudah-mudahan demikian juga saudara-saudara, ya. He…he..he. Belagu ya saya? Masa perkataan cetek begini harus ditanyakan pada lawan bicara, paham apa tidak.
Saya juga menjelaskan pada si sekuriti. Jika dia merupakan alumni SMU yang selama ini telat shalatnya, maka kawan-kawan seangkatannya mungkin sudah banyak yang maju. Sementara dia sendiri seperti diam di tempat. Misalkan, seseorang membuka suatu usaha. Lalu ada orang lain lagi yang juga membuka usaha. Sementara yang satu usahanya maju, dan yang lainnya sempit usahanya. Nah, bisa jadi hal itu karena ibadah yang satu itu bagus, sedangkan yang lain tidak.
Dan saya mengingatkan kepada Anda sekalian untuk tidak menggunakan mata telanjang guna mengukur kenapa si Fulan tidak shalat, dan cenderung jahat lalu hidupnya seperti penuh berkah? Sedang si Fulan yang satu rajin shalat dan banyak kebaikannya, namun hidupnya susah. Jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan seperti ini cukup kompleks. Tapi bisa diurai satu-satu dengan bahasa-bahasa kita, bahasa-bahasa kehidupan yang cair dan dekat dengan fakta. Insya Allah ada waktunya pembahasan yang demikian.
“Terus, mau berubah?” tanya saya kembali kepada si sekuriti.
“Mau, Pak Ustad! Ngapain juga coba saya kejar Pak Ustadz nih, kalau tidak serius?”
“Ya udah, deketin Allah, deh. Ngebut ke Allah.”
“Ngebut gimana?”
“Satu: benahi shalatnya. Jangan setengah lima-an lagi shalat asharnya. Pantangan telat! Kejar rezeki dengan kita yang datang menjemput Allah. Jangan sampai keduluan Allah.” Si sekuriti mengaku mengerti, maksudnya adalah bahwa sebelum azan ia sudah siap di atas sajadah. Kita ini menginginkan rezeki dari Allah, tapi tidak berusaha mengenali Dia Yang Membagi-bagikan rezeki.
Contohnya, para pekerja di tanah air ini. Mereka bekerja supaya memperoleh gaji. Dan gaji itu merupakan rezeki. Tapi giliran Allah memanggilnya, malah perilakunya seperti tidak menghargai Allah. Padahal hakikatnya, Allah yang menjadikan seseorang bisa bekerja. Ini kan aneh. Saat menemui, penampilan rapi, wangi, dan betul-betul dipersiapkan sedemikian rupa. Namun, giliran mereka menemui Allah, pakaian mereka sembarangan. Amit-amit. Tidak ada persiapan. Bahkan, tidak segan-segan mereka menunjukkan wajah dan fisik yang lelah. Hal itu berarti tidak mengenal Allah.
“Kedua,” saya teruskan, “keluarkan sedekahnya!”
Saya ingat betul. Sekuriti itu tertawa.
“Pak Ustadz, bagaimana saya bisa sedekah, hari ini saja belanjaan di rumah sudah habis? Saya terpaksa berhutang lagi di warung. Saya sudah mulai mengambil barang dulu, bayar belakangan.”
“Ah, Bapak saja yang barangkali kebanyakan beban. Memang gajinya berapa?”
“Satu koma tujuh, Pak Ustadz.”
“Wuah, itu mah besar sekali. Maaf, ya, untuk ukuran sekuriti, yang orang sering sebut orang kecil, gaji segitu sudah besar.”
“Yah, kan saya harus bayar cicilan motor, kontrakan, susu anak. Bayar ini, bayar itu. Emang nggak cukup, Pak ustadz.”
“Itu gaji bisa gede, emang sudah lama kerjanya?”
“Kerjanya sih sudah tujuh tahun. Tapi gaji gede bukan karena sudah lama kerjanya. Saya ini kerjanya pagi siang sore malem, Ustadz.”
“Kok bisa?”
“Ya, sebab saya tinggal di mess. Saya nggak tahu gimana boss menghitung sampai ketemu angka 1,7jt.”
“Terus, kenapa masih kurang?”
“Ya itu, sebab saya punya tanggungan banyak.”
“Secara matematis, lepaskan saja tanggungan yang tidak perlu, seperti motor. Ngapain juga ente kredit motor? Kan nggak perlu?”
“Pengen kayak orang-orang, Pak Ustadz.”
“Ya susah kalau begitu, mah. Ingin meniru orang lain hanya pada soal motornya saja. Bukan ilmu dan ibadahnya. Bukan cara dan kebaikannya. Repot!”
Sekuriti ini nyengir. Memang kalau motor ini dilepas, dia bisa menghemat 900 ribu.
Rupanya angsuran motornya itu 900 ribu. Tidak jelas bagaimana ia menutupi kebutuhannya yang lain. Biaya kontrakan saja, termasuk air dan listrik, sudah Rp. 450 ribu. Kalau melihat keuangan model begini, tentu saja defisit terus.
“Ya sudah. Sudah terlanjur, ya. Oke, shalatnya gimana? Mau diubah?”
“Mau, Ustadz. Saya mau benahi shalat saya.”
“Bareng sama istri, ya. Ajak dia. Jangan sendirian. Ibarat sandal, lakukan berdua. Tambah baik kalau anak-anak juga diajak. Ajak semua anggota keluarga untuk membenahi shalat!”
“Siap, Ustad!”
“Tapi sedekahnya tetap harus dilaksanakan, lho!”
“Yah, Ustadz. Kan saya sudah bilang, tidak ada yang bisa disedekahkan!”
“Sedekahkan saja motornya. Kalau tidak motor, barang apa saja yang lain!”
“Jangan, Ustadz. Saya masih sayang motor ini. Susah lagi belinya. Tabungan juga nggak ada. Emas juga nggak punya.”
Sekuriti ini berpikir, saya kehabisan akal untuk nembak dia. Tapi saya terus berpikir keras untuk mencari solusinya. Kalau dia hanya memperbaiki shalatnya saja, tapi sedekah tidak dilaksanakan, maka keajaiban akan lama muncul. Demikianlah, menurut ilmu yang saya peroleh. Namun tentu saja, lain cerita ceritanya jika Allah berkehendak lain.
“Pak, kalau saya tunjukkan bahwa sebenarnya Bapak bisa sedekah, bahkan besar jumlah sedekah yang bisa dikeluarkan, Bapak mau percaya, nggak?” ujar saya kemudian.
Si sekuriti mengangguk.
“Oke, kalau sudah saya tunjukkan, mau melaksanakannya?”
Sekuriti ini mengangguk lagi. “Selama saya bisa, saya akan laksanakan,” katanya mantap.
“Gajian bulan depan masih ada nggak?”
“Masih. Kan belum bisa diambil?”
“Bisa! Dicoba dulu!”
“Nanti bulan depan saya hidup gimana?”
“Yakin nggak sama Allah?”
“Yakin.”
“Nah, kalau yakin, titik. Jangan koma. Jangan pakai kalau.”
Sekuriti ini saya bimbing untuk kasbon guna bersedekah sebisa mungkin. Tapi saya jelaskan kepada sekuriti agar diusahakan menyedekahkan semua gajinya. Hal itu agar jumlah sedekah betul-betul signifikan. Dengan demikian, perubahan yang akan terjadi juga betul-betul dirasakan. Dia berjanji akan membenahi mati-matian shalatnya. Termasuk dia akan laksanakan semaksimal mungkin shalat taubat, hajat, dhuha, dan tahajjud. Dia juga berjanji untuk rajin mengisi waktu senggang dengan membaca Alquran..
Tampaknya, si sekuriti itu sudah lama tidak berlari kepada Allah. Shalat Jum’at saja menunggu qomat. Wah, susah juga. Keadaan seperti justru ia anggap sebagai sesuatu yang wajar. Hal itu karena tugasnya sebagai sekuriti. Toh, tugas yang dilakukannya ia anggap sebagai ibadah. Itulah barangkali yang telah membuat Allah mengunci mati dirinya hanya menjadi seorang sekuriti sekian tahun. Padahal dia Sarjana Akuntansi! Ya, rupanya dia ini Sarjana Akuntansi. Pantas saja dia merasa bosan dengan posisinya sebagai sekuriti. Tidak sesuai dengan keinginan hatinya. Tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya. Tapi demikianlah hidup. Apa boleh buta, eh, apa boleh buat. Mungkin yang penting bagi dia saat itu adalah memperoleh pekerjaan dan mendapat gaji.
Bagi saya sendiri, tidak masalah memiliki banyak keinginan. Asal keinginan itu sesuatu yang diperbolehkan dan masih dalam batas-batas wajar. Juga tidak masalah memimpikan sesuatu yang belum tercapai. Asal hal itu dibarengkan dengan peningkatan ibadah kita. Sebagaimana realitas sosial sekarang ini, meskipun harga barang-barang melejit naik, kita tidak perlu khawatir. Ancam saja diri kita sendiri agar mau meningkatkan ibadah-ibadah kita. Jangan malah berleha-leha karena akan membuat hidup kita justru tergilas dengan tingginya harga barang-barang.

***

Sekuriti ini kemudian menemui atasannya guna meminjam uang. Ketika ditanya oleh sang atasan untuk apa, dia hanya nyengir tidak menjawab. Tapi ketika ditanya jumlah yang mau dipinjam, ia pun menjawab, “Semuanya! 1,7 juta. Utuh sejumlah gaji yang biasa diterima.”
“Tidak bisa!” kata komandannya.
“Tolonglah, Pak,” jawab sekuriti memelas, “Saya kan belum pernah kasbon. Tidak pernah berani. Baru kali ini saya berani.”
Sang komandan terus mengejar alasan si sekuriti berhutang. Akhirnya, ia pun menceritakan pertemuannya dengan saya. Singkat cerita, sekuriti ini direkomendasikan untuk bertemu langsung dengan owner SPBU ini. Menurut sang komandan, permohonan bon lewat jalur formal susah dikabulkan. Kalau pun dikabulkan, paling hanya sejumlah 30% dari total jumlah gaji. Itu juga belum tentu bisa dicairkan dalam waktu cepat.
Di luar dugaan, sang owner justru menyetujui permohonan bon si sekuriti. Persetujuan itu juga karena dibantu sang komandan yang ikut merayu.
“Katanya, buat sedekah, Pak,” jelas sang komandan kepada sang big boss.
Subhaanallaah! Semua orang di pom bensin itu mengetahui perubahan yang terjadi. Kisah sang sekuriti yang bertemu dengan saya serta kisah perjuangannya bersama sang komandan untuk meminjam uang, menjadi sesuatu yang dinanti-nantikan the end story-nya. Termasuk dinanti oleh sang pemilik pom bensin.
“Kita coba lihat, berubah nggak tuh nasib si sekuriti,” begitulah pemikiran kawan-kawannya yang tahu bahwa ia i ingin berubah bersama Allah melalui jalan shalat dan sedekah.
Hari demi hari, sekuriti ini diperhatikan oleh kawan-kawannya. Ia kini rajin sekali shalat. Selalu tepat waktu. Ibadah-ibadah sunah juga lumayan istiqamah. Mengetahui hal itu, sang bos pun senang, sebab tempat kerjanya jadi barokah dengan adanya orang yang mendadak jadi saleh begini. Apalagi kenyataannya si sekuriti tidak mengurangi kedisiplinan kerja. Raut mukanya justru selalu tampak cerah. Keceriaan sang sekuriti itu karena, menurutnya, ia sedang menunggu janji Allah. Dan dia yakin, janji Allah pasti datang. Demikian ia jelaskan kepada teman-temannya yang meledek dirinya. Mereka mau ikut rajin shalat dan sedekah jika ia memang berhasil dengan “eksperimen gila”-nya itu.
Saya tertawa mendengar dan menuliskan kembali kisah ini. Bukan apa-apa, saya justru suka tantangan yang demikian. Sebab insya Allah, pasti Allah tidak akan tinggal diam. Dan barangkali Allah akan betul-betul mempercepat perubahan nasib si sekuriti. Hal itu agar sang sekuriti benar-benar menjadi tambahan uswatun hasanah bagi yang belum memiliki iman. Saya pun tersenyum dengan keadaan ini, sebab Allah pasti tidak akan mempermalukan si sekuriti.
Suatu hari sang bos berkata, “Kita lihat saja dia. Kalau dia tidak mengambil kasbon, berarti dia berhasil. Tapi kalau dia kasbon, maka kelihatannya dia gagal. Sebab buat apa menyedekahkan gaji bulan depan, kalau kemudian ia mengambil kasbon lagi. Percuma!”
Tapi subhaanallah! Sampai akhir bulan berikutnya, si sekuriti ini tidak mengambil kasbon. Berhasilkah? Tunggu dulu. Kawan-kawannya ini tidak melihat motor besarnya lagi. Jadi, ia tidak mengambil kasbon karena ia masih memiliki uang dari hasil jual motor, bukan dari keajaiban mendekati Allah. Hingga akhirnya ketika sang sekuriti bertemu dengan si boss, ia pun ditanya tentang sesuatu yang sesungguhnya adalah rahasia dirinya sendiri.
“Benar nih, nggak kasbon? Udah akhir bulan, lho. Yang lain bakal menerima gaji. Sedang gaji Bapak kan sudah diambil bulan kemarin,” kata si boss serius.
Kepada saya, sekuriti ini mengatakan bahwa ia memang sudah siap-siap mau kasbon kalau sampai pertengahan bulan ini tidak ada tanda-tanda keberhasilan. Tapi kemudian cerita si sekuriti ini benar-benar membikin orang tercengang! Apa pasal? Hal itu karena ternyata betul-betul terjadi keajaiban setelah ia membenahi shalatnya dan memberikan sedekah dengan jumlah besar yang belum pernah ia lakukan seumur hidup! Mempertaruhkan hidupnya dengan menyedekahkan semua gaji bulan depannya. Semuanya tanpa tersisa!
Keajaiban itu berawal ketika di kampung halaman si sekuriti terjadi transaksi tanah, yang melibatkan dirinya. Padahal dirinya tidak terlibat secara fisik. Ia sekedar menjadi mediator lewat SMS ke pembeli dan penjual. Dari transaksi inilah, Allah mengganti sedekah yang ia keluarkan dari gajinya sebesar Rp 1,7 juta menjadi 10 kali lipat. Bahkan lebih!
Allah memberinya karunia berupa komisi penjualan tanah di kampungnya sebesar Rp 17,5 juta! Dan hal itu terjadi begitu cepat. Kejadian itu terjadi masih dalam bulan yang sama, belum berganti bulan. Sadar betapa besarnya anugerah Allah, akhirnya dia malu sendiri kepada Allah. Motor yang selama ini dia sayang-sayang, dia jual! Uangnya digunakan untuk sedekah. Uang hasil penjualan motor dia gunakan untuk membiayai keberangkatan haji ibunya, satu-satunya orang tuanya yang masih hidup. Subhaanallaah!
Sayang sekali, uang hasil penjualan motor itu tetap tidak cukup untuk menutupi ongkos haji. Karena dijual cepat, harga motornya tidak sampai Rp 13 juta. Akhirnya, ia tambahkan sendiri sebesar Rp 12 juta yang berasal dari uangnya sendiri yang ia peroleh dari komisi penjualan tanah. Dengan demikian, sang ibu memiliki uang sebesar Rp 25 juta. Jumlah itu sudah cukup untuk daftar naik haji. Tambahan ongkos yang lain berasal dari simpanan ibunya sendiri.
Masih menurut cerita si sekuriti, ia merasa aman dengan uang Rp 5 juta, sisa dari komisi transaksi tanah itu. Dan dia merasa tidak memerlukan motor lagi. Dengan uang ini, ia aman dan tidak perlu kasbon.
Tak ayal, sang bos pun berdecak kagum. Dia lalu kumpulkan semua karyawannya dan menyuruh si sekuriti ini bercerita tentang keberkahan yang dilaluinya selama 1 bulan setengah ini. Apakah cukup sampai di situ perubahan yang terjadi pada diri si sekuriti?
Tidak! Si sekuriti ini kemudian diketahui oleh owner pom bensin tersebut sebagai sarjana S1 Akuntansi. Lalu dia dimutasi di perusahaan si owner yang lain, dan dijadikan staf keuangan di sana. Masya Allah, masya Allah, masya Allah! Berubah, berubah, berubah! Saudara-saudaraku sekalian. Cerita ini bukan sekedar cerita tentang Keajaiban Sedekah dan Shalat saja. Tapi soal tauhid. soal keyakinan dan iman seseorang kepada Allah, Tuhannya. Tauhid, keyakinan, dan imannya ini bekerja menggerakkan dia hingga mampu berbuat sesuatu. Tauhid yang menggerakkan!
Begitu saya mengistilahkan. Sekuriti ini mengenal Allah. Dan dia baru sedikit mengenal Allah. Tapi lihatlah, ilmu yang sedikit ini diterapkan olehnya dan diyakini. Akhirnya? Jadi! Bekerja penuh buat perubahan dirinya, buat perubahan hidupnya. Subhaanallaah, masya Allah. Dan lihat juga cerita ini, seribu kali si sekuriti ini berhasil keluar sebagai pemenang, siapa kemudian yang mengikuti cerita ini? Kayaknya kawan-kawan sepom bensinnya pun belum tentu ada yang mengikuti jejak suksesnya si sekuriti ini. Barangkali cerita ini akan lebih dikenang sebagai sebuah cerita manis saja. Setelah itu, kembali lagi pada rutinitas dunia.
Yah, barangkali tidak semua ditakdirkan menjadi manusia-manusia pembelajar. Pertanyaan ini juga layak juga diajukan kepada Peserta KuliahOnline yang saat ini mengikuti esai ini? Apa yang ada di benak Saudara? Biasa sajakah? Atau mau bertanya, siapa sekuriti ini yang dimaksud? Di mana pom bensinnya? Bisakah kita bertemu dengan orang aslinya? Berdoa saja. Sebab kenyataannya juga buat saya tidak gampang menghadirkan testimoni aslinya. Semua orang punya prinsip hidup yang berbeda. Di antara semua peserta Kuliah Online saja ada yang insya Allah saya yakin mengalami keajaiban-keajaiban dalam hidup ini.
Sebagian memilih diam saja, dan sebagian lagi memilih menceritakan ini kepada satu dua orang saja. Hanya orang-orang tertentu saja yang memilih untuk benar-benar terbuka untuk dicontoh.
Dan memang bukan apa-apa, ketika sudah dipublikasikan, memang tidak gampang buat seseorang menempatkan dirinya untuk menjadi contoh. Yang lebih penting buat kita sekarang ini, bagaimana kemudian kisah ini menjadi inspirasi bagi kita semua untuk kemudian sama-sama mencontoh saja kisah ini. Kita lari kencang menuju Allah. Ngebut meraih rahmat-Nya.
Bagi mereka yang merasa banyak dosa, tak perlu terus-terusan meratapi dosa. Kejar saja ampunan Allah dengan memperbanyak taubat dan istighfar, lalu mengejarnya dengan amal saleh. Persis seperti yang tulisan-tulisan sebelumnya, ungkapan itulah yang dijadikan penutup esai ini.

Kamis, 13 Mei 2010

Akankah sekolah SBI/RSBI menjadi model ideal bagi Indonesia


Satu produk pendidikan saat ini yang masih menjadi pembicaraan terutama dari kalangan akademisi adalah keberadaan sekolah berlabel SBI dan RSBI, kedua jenis sekolah ini menjadi trend saat ini karena model sekolah ini diberikan toleransi untuk memungut biaya kepada masyarakat dengan jumlah uang yang fantastis untuk kalangan masyarakat pinggiran/ umum menjadi masalah tersendiri, karena kebijakan inilah maka masyarakat pendidikan berlombalomba untuk mengarah/ meraih standar SBI atau RSBI tersebut.Sebenarnya apa Sekolah SBI itu ?
Pengertian SBI
SBI adalah sekolah nasional yang menyiapkan peserta didik berbasis Standar Nasional Pendidikan (SNP) Indonesia berkualitas Internasional dan lulusannya berdaya saing Internasional.
Karakteristik SBI

1. Menerapkan KTSP yang dikembangkan dari standart isi, standart kompetensi kelulusan dan kompetensi dasar yang diperkaya dengan muatan Internasional.
2. Menerapkan proses pembelajaran dalam Bahasa Inggris, minimal untuk mata pelajaran MIPA dan Bahasa Inggris.
3. Mengadopsi buku teks yang dipakai SBI (negara maju).
4. Menerapkan standar kelulusan yang lebih tinggi dari standar kompetensi lulusan (SKL) yang ada di dalam Standar Nasional Pendidikan (SNP).
5. Pendidik dan tenaga kependidikan memenuhi standart kompetensi yang ditentukan dalam Standar Nasional Pendidikan (SNP).
6. Sarana/prasarana memenuhi Standar Nasional Pendidikan (SNP).
7. Penilaian memenuhi standar nasional dan Internasional.

Visi dan Misi SBI
Visi SBI dirancang agar memenuhi tiga indikator,yaitu:

1. Mencirikan wawasan kebangsaan,
2. Memberdayakan seluruh potensi kecerdasan (multiple inteligencies)
3. Meningkatkan daya saing global

Misi SBI merupakan jabaran visi SBI yang dirancang untuk dijadikan referensi dalam menyusun/mengembangkan rencana program kegiatan, indikator untuk menuyun misi ini terangkum pada akronim SMART:

1. Specific
2. Measurable (terukur)
3. Achievable (dapat dicapai)
4. Realistis
5. Time Bound (jelas jangkauan waktunya)
Dari penjelasan diatas kiranya dapat kita pahami bahwa untuk meraih sertifikat SBI dan RSBI tidaklah mudah, oleh karena itu menjadi tantangan tersendiri bagi sekolah unggulan untuk berlomba meraih label SBI atau RSBI tersebut.
Keberadaan SBI /RSBI dinanti oleh masyarakat jika dapat menghasilkan lulusan yang mampu menjawab tantangan internasional artinya lulusan SBI/RSBI mampu disejajarkan dengan lulusan luar negeri, sehingga diperlukan tingkat kepercayaan masyarakat pemakai yang berasal dari luar negeri, negara negara pemakai lulusan SBI/RSBI jika mereka puas artinya proses pembelajarannya benar , namun jika mereka tidak puas maka perekrutan hanya berlangsung sekali dan tidak muncul lagi permintaan tenaga kerja dimasa depan.Sebagai penyedia tenaga kerja bagi perusahaan Asing maka sekolah SBI/RSBi haruslah memiliki litbang kurikulum dan ketrampilan , agar tidak ketinggalan dengan kemajuan dari Dunia usaha dan dunia industri sehingga lulusannya selalu dinanti oleh pengguna Asing.
Mengapa SBI/RSBI terkenal dengan sekolah mahal ?, apa yang menyebabkan mahal, dari kajian sementara terdapat data bahwa kurikulumnya KTSP dengan memperhintungkan faktor up todate artinya memberikan informasi yang terbaru atau sedang trend saat ini,bahkan memberikan materi yang up to date dengan memberikan materi tambahan mulok atau muatan lokal yang lagi trend , hal yang lain adalah dilengkapinya peralatan PBM atau peralatan praktik/ laboratorium atau bengkel kerja, yang menyesuaikan dengan dunia kerja/industri sehingga dibutuhkan modal yang besar, hal yang lain adalah proses pembelajaran yang efektif dan efisien yang memperlihatkan padat modal.
Pertanyaan lain yang menggoda kita adalah bagaimana jika siswa pandai atau pintar namun berasal dari kalangan miskisn , apakah bisa bersekolah di Sekolah bertaraf Internasionalatau RSBI ? , suatu pertanyaan yang wajar yang harus kita jawab , karena jika tidak mampu memberikan ruang bagi orang miskin tetapi pandai maka sia sia belaka, bagi bangsa ini untuk menciptakan tenaga kerja trampil dengan tingkat kepandaian mumpuni namun dari kalangan miskin, sehingga diperlukan regulasi dari pemerintah agar siswa berprestasi tapi miskin agar bisa bersekolah di sekolah berlabel SBI/RSBi dalam bentul subsidi silang atau bea siswa pendidikan bagi siswa pandai tapi miskin, sehingga ada ruang bebas bagi mereka untuk menunjukkan kebolehannya, sehingga nantinya menghasilkan lulusan dengan kualifikasi terbaik walau berasal dari orang tua tidak mampu , semoga dunia pendidikan kita dapat menemukan jati dirinya dengan menghasilkan regulasi atau aturan yang memudahkan anak pandai tapi miskin untuk bisa bersekolah di sekolah unggulan, sehingga secara tidak langsung dunia pendidikan kita bisa menghasilkan jawara tingkat dunia jika mengikuti lomba internasional secara tidak langsung mampu meninggakatkan citra pendidikan kita ditingkat internasional.....semoga.

Rabu, 12 Mei 2010

Aturan Dunia dalam Mencari Rizki


Tulisan ini disarikan dari kitab Jami'us Sa'adat, penghimpun
kebahagiaan, karya seorang ulama besar, seorang mujtahid, filosuf dan
sufi besar di zamannya.

Dunia memiliki dua esensi: esensi dirinya dan esensi hak hamba Allah
swt. Esensi dunia adalah suatu konsep tentang realitas-realitas
makhluk termasuk bumi dan isinya. Dunia Kadang-kadang menyebabkan
manusia menderita dan sengsara yang berkepanjangan, permusuhan dan
pertumpahan darah, menjatuhkan ke lembah kehinaan dan kemaksiatan, dan
lainnya. Dan kadangkala, walaupun jumlahnya lebih sedikit, juga
mengantarkan manusia pada kebahagiaan dan kedamaian, persaudaraan dan
kasih sayang, kemuliaan dan ridha Allah swt, dan lainya.

Allah swt menghimpun tentang dunia dalam firman-Nya:

زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُب الشهَوَتِ مِنَ النِّساءِ وَ الْبَنِينَ وَ الْقَنَطِيرِ الْمُقَنطرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَ
الْفِضةِ وَ الْخَيْلِ الْمُسوَّمَةِ وَ الأَنْعَمِ وَ الْحَرْثِ ذَلِك مَتَعُ الْحَيَوةِ الدُّنْيَا وَ اللَّهُ
عِندَهُ حُسنُ الْمَئَابِ

"Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa
yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari
jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah
ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat
kembali yang baik (surga)." (Ali-Imran: 14)

Mencintai semua itu bagian dari dorongan syahwati yang tercela dan
terhina. Mencintai dunia dapat memancing dan mendorong potensi marah
dan pasukannya untuk menguasai hak orang lain, menjajah dan menzalimi
hak hamba-hamba Allah swt.

Di sinilah sering terjadinya kerjasama antara potensi syahwati dan
potesi amarah berikut pasukannya untuk meraih dunia dan keindahannya.
Lebih fatal lagi jika melibatkan potensi pikir ke dalamnya. Pada
awalnya keinginan memperoleh dunia dan keindahannya merupakan kerjaan
potensi syahwat, kemudian ikut nimbrung ke dalamnya potensi marah,
potensi binatang buas. Kemudian disusul oleh potensi pikir, sebagian
ulama menamakannya potensi khayali, dan Imam Ali bin Abi Thalib (as)
menyatakan sebagai potensi iblis. Jika potensi ini bergabung ke
dalamnya, maka sempurnalah kezaliman dan penzaliman terhadap orang
lain, rakyat kecil, dan hamba-hamba Allah swt.

Di era informasi dan global ini manusia tidak perlu mengucurkan
keringat untuk mendapatkan dunia sebanyak-banyaknya. Mereka dapat
menggunakan sains dan tehnologi, merekayasa dengan pikiran untuk
mencuri dan merampas hak orang lain. Perlu dibedakan, pikiran disini
bukan kerja akal yang mulia, tetapi kerja potensi khayali dan iblis
sebagai panglimanya.

Adapun esensi dunia dalam hak hamba Allah swt adalah konsep tentang
semua hartanya selama hidupnya sebelum kematian tiba. Karena setelah
kematiannya harta bukanlah duniawi lagi tetapi menjadi ukhrawi. Setiap
apa yang dimiliki oleh seorang hamba mengandung bagian dari potensi
syahwati, tujuan dan kenikmatan dalam hidupnya sebelum kematian
menjemputnya. Inilah dunia dalam hak seorang hamba.

Hak seorang hamba ini memiliki dua ikatan: ikatan dengan hati yaitu
mencintainya; dan ikatan dengan fisiknya yaitu yang digunakan untuk
kemaslahatan fisiknya, mengambil darinya sesuai dengan kadar yang
dibutuhkan fisiknya. Keinginan dan kecintaan pada haknya yang
semestinya bukanlah hal yang tercela dan terhina. Karena hal ini
sebagai pendamping di dunia yang buahnya akan menjadi pendampinya di
alam kubur dan alam akhirat.

Mengapa dunia ini dinamakan dunia? Karena dunia berasal kata "dana"
artinya rendah dan hina, dari satu sisi. Dari sisi yang lain berarti
dekat, karena itulah seorang ulama atau hamba Allah swt yang merasakan
kelezatan ilmu dan ibadahnya, atau merasakan kenikmatan apa yang
dimilikinya di dunia bukan suatu yang tercela dan terhina. Karena apa
yang dimilikinya itu adalah dunia yang dibungkus dengan akhirat.
Karena itulah dalam sabdanya Rasulullah saw menjadikan shalat sebagai
bagian dari dunia:

حبب إلي من دنياكم ثلاث: الطيب والنساء، وقرة عيني في الصلاة
"Yang kucintai dari duniamu ada tiga: kebajikan, perempuan, dan
kesejukan hatiku dalam shalat."

Semua ini dunia yang dibungkus dengan akhirat, sehingga menjadi bagian
dari amal-amal ukhawi.

Dunia yang Terpuji
Dunia yang terpuji adalah dunia yang dibungkus dengan akhirat.
Menggunakan sesuai kadar yang dibutuhkan. Rizki yang dibutuhkan sesuai
kadanya maka mencarinya adalah termasuk amal kebajikan.

Rasulullah saw bersabda:

العبادة سبعون جزءاً، أفضلها طلب الحلال

"Ibadah ada tujuh puluh bagian, yang paling utama adalah mencari rizki
yang halal."

ملعون من ألقى كله على الناس

"Terlaknatlah orang yang menggantungkan semua kebutuhannya kepada
manusia."
Imam Ali Zainal Abidin (sa) berkata:
"Dunia ada dua macam: dunia yang baik dan dunia yang terlaknat."

Imam Muhammad Al-Baqir (sa) berkata:
"Barangsiapa yang mencari dunia untuk menjaga kesucian diri dari
manusia, mencari nafkah untuk keluarganya, dan membagi kasih sayang
pada tetangganya, maka ia akan menjumpai Allah azza a jalla pada hari
kiamat, dan wajahnya seperti bulan di malam purnama."

Imam Ja'far Ash-Shadiq (sa) berkata:
"Orang yang bersungguh-sungguh mencari nafkah untuk keluarganya
seperti seorang pejuang di jalan Allah."
"Bukanlah golongan kami orang yang meninggalkan dunianya untuk
akhiratnya, dan meninggalkan akhiratnya untuk dunianya."
Imam Ja'far Ash-Shadiq (sa) berkata: "Janganlah kalian malas untuk
mencari penghidupan kalian, karena sesungguhnya bapak-bapak kami
mempercepat lari kudanya di dalamnya dan mencarinya." Kemudian
seseorang berkata kepadanya: kami mencari dunia dan senang
mendapatkannya. Kemudian beliau bertanya: "Untuk apa kamu mencari
dunia? Ia menjawab: aku mencarinya untuk diriku dan keluargaku,
sebagian aku sedekahkan, dan sebagian lagi untuk melakukan haji dan
umrah. Imam Ja'far (sa) berkata: "Ini bukan mencari dunia, ini mencari
akhrat." Selanjutnya beliau berkata: Abul Hasan (sa) bekerja di Irak
sampai melepuh kedua kakinya. Ia bertanya: Dimana laki-laki itu?
Beliau berkata: "Telah bekerja dengan tangannya sendiri di buminya
orang yang lebih baik dariku, dan ia tidak enggan. Ia bertanya: Siapa
dia? Beliau menjawab: Rasulullah saw, Ali bin Abi Thalib (sa) dan
bapak-bapakku, mereka bekerja dengan tangan mereka sendiri; mencari
rizki adalah bagian dari perbuatan para nabi, para rasul, para washi
dan orang-orang yang shaleh."

Orang Mukmin harus Bekerja
Imam Ali bin Abi Thalib (sa) berkata bahwa Allah swt menurunkan wahyu
kepada nabi Daud (as): "Sesungguhnya kamu akan menjadi sebaik-baiknya
hamba sekiranya kamu tidak makan dari baitul mal, dan mencari rizki
dengan tanganmu sendiri." Selanjutnya beliau berkata: "kemudian nabi
Daud (as) menangis selama empat puluh hari setiap pagi hari. Lalu
Allah mewahyukan pada besi agar melunak bagi hamba-Nya, Daud. Kemudian
Allah melunakkan besi untuk nabi Daud (as), setiap hari ia mengerjakan
satu baju besi lalu dijualnya dengan harga seribu dirham. Kemudian ia
mengerjakan tiga ratus enam puluh baju besi dan menjualnya dengan
harga tiga ratus enam puluh ribu dirham, sehingga ia tidak butuh lagi
mengambil dari baitul mal."

Imam Ja'far Ash-Shadiq (sa) berkata:
"Barangsiapa yang mencintai kami Ahlul bait, maka hendaknya menjadikan
kefakiran sebagai jilbab atau tijfaf (sejenis baju besi)." Jilbab
maksudnya penutup kefakiran dan tijfaf adalah pekerjaan yang baik
untuk menjauhkan kefakiran.

Imam Ja'far Ash-Shadiq (sa) pernah ditanyai tentang orang yang
mengatakan: "kerjaanku duduk-duduk di rumah, melakukan shalat, puasa,
dan beribadah kepada Tuhanku, sementara urusan rizkiku akan datang
padaku." Beliau berkata: "Inilah salah satu dari tiga hal yang
menyebabkan doanya tidak diijabah."

Mencari rizki yang halal dengan cara yang halal merupakan bagian dari
makna kemerdekaan. Kemerdekaan memiliki dua makna:
Pertama: Kemerdekaan dari penjajahan hawa nafsu, kemerdekaan lebih umum.
Kedua: Kemerdekaan dari kepatuhan terhadap hawa nafsu, kemerdekaan
lebih khusus. Yakni menunjukkan kebutuhan kepada manusia, berharap
rizki yang ada di tangan lain, menggantungkan rizkinya pada harta
mereka. Dalam hal ini ada dua kemungkinan: dengan cara haram atau
mubah (yang dibolehkan). Yang haram misalnya, mencuri, merampas,
menipu, berkhianat, dan lainnya. Yang mubah, misalnya dari infak dan
sedekah, kotoran harta manusia. Walaupun cara yang kedua ini mubah,
tapi dapat membentuk sifat ketergantungan pada manusia, berharap pada
harta orang lain. Yang akhirnya dapat menjatuhkan kesucian diri pada
kehinaan, kerendahan martabat, menodai izzatun nafs, dan lainnya.

Data dikutip dari Syamsuri Rifai

Sabtu, 08 Mei 2010

Rahasia meraih sukses kehidupan


Sabda nabi " Barang siapa memberikan petunjuk kebaikan , maka baginya akan mendapatkan ganjaran seperti ganjaran yang diterima oleh orang yang mengikutinya, dan tidak berkurang sedikitpun hal itu dari ganjaran orang tersebut ( Hr. Muslim).
Kita menyadari bahwa hidup kita tanpa makna jika kita hidup sendiri, namun secara tidak sengaja kita sering melakukan perbuatan yang menyebabkan orang lain menghidari kita, contoh saja marah, sirik, iri, bahkan melakukan fitnah atau berkata bohong.
Semua yang saya sebutkan ternyata menjadikan kita dimata Allah tidak berharga, namun mengapa masih saja kita lakukan, kadang kadang kita tanpa sadar mudah sekali berkata bohong, berkata kasar dan punya pemikiran negatif lainnya dengantanpa memikirkan akibatnya, perlu diketahui bahwa Allah SWt tidak tidur , selalu mengawasi tingkah laku kita 24 Jam. Allah senang dengan manusia yang tahu diri, yang menyadari kelebihan dan kekurangan dirinya, sehingga melakukan tindak tanduknya dengan mencari Ridho Ilahi.
Pada kesempatan ini saya akan membahas tentang upaya kita untuk saling memberikan petunjuk kebaikan kepada orang lain, memberikan kemudahan kepada orang lain, membantu orang kesulitan,dan perbuatan baik lainnya, yang menyebakan rahmat Allah akan turun kepada manusia seperti sabda nabi Muhammad SAW " Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari kiamat maka janganlah menyakiti tetangganya, dan barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari kiamat maka muliakanlah tamunya, dan barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari kiamat maka ucapkanlah yang baik atau diamlah ( Hr. Bukhari - Muslim) serta sabda Nabi " Barang siapa yang berkeinginan untuk diselamatkan oleh Allah dari bencana pada hari Kiamat , maka bantulah orang yang kesulitan atau hindarkanlah kesulitannya( Hr. Muslim), dari hadis nabi tersebut sebenarnya memudahkan kita untuk menjalankan kehidupan ini dengan lebih hati hati , terutama dalam berhubungan dengan manusia lainnya,mengapa kita harus memahami apa yang tertulis dalam hadist tersebut , ya tentu saja sebagai manusia yang tahu diri kita jangan sampai melanggar aturan Allah, sehingga Rahmat Allah akan hadir untuk kita, hidup akan mudah jika kita senantiasa ditolong Allah , karena semuanya akan mudah, kuncinya adalah Ridho Allah .
saran saya kepada teman teman adalah bagaimana meningkatkan kualitas kita dimata Allah, agar kita termasuk golongan yang senantiasa disayang Allah, sehingga Rahmat akan datang, pertolongan Allah setiap waktu akan datang, nah itulah kuncinya sehingga hidup ini menjadi lebih mudah.

Mencari Rahmat Allah .....untuk mengatasi kesulitan Hidup


Sering kali kita diingatkan Allah SWT lewat suatu kejadian yang tidak sengaja, baik itu melihat kecelakaan mobil, lewat tetangga kita sakit, lewat kondisi ekonomi keluarga yang defisit bahkan kacau, namun kita tidak mengetahui cara Allah menegur kita.
Banyak dari kita malah sering menyalahkan orang lain , padahal semua itu terjadi karena kesalahan kita, dasar manusia tidak tahu diri, merasa sudah benar, cara menghidupi keluarga dan cara bermasyarakat, bertetangga, bekerja merasa sudah benar sendiri dan menganggap paling benar, paling tertib, paling jujur, paling bersih, paling sehat, paling sabar dan paling paling yang lain.
Nah inilah sumber masalah yang sebenarnya, karena menganggap paling ... paling inilah yang menyebabkan kita tidak mudah mengakui kalau kita banyak kelemahan dan kekurangan, sehingga semua nasihat yang datang kepada kita adanya cuma dicurigai, merasa digurui, merasa dilecehkan, merasa tidak dianggap pintar, merasa bodoh, merasa ..yang lain.
karena itulah permasalahan kehidupan muncul dalam bentuk penyadaran oleh Allah SWT , karena sebenarnya bentuk kasih sayang Allah untuk mengingatkan manusia, namun oleh manusia yang belum sadar dianggap cobaan bahkan hukuman dari Allah SWT, oleh karena itu , kunci penyadaran dari Allah SWT dapat kita terima jika kita sudah dalam posisi telah mengalami proses undur kaifa , atau posisi penyadaran diri, kalau sudah begini aku harus bagaimana, proses undur kaifa ini jarang dimiliki manusia, selama manusia belum masuk kedalam manusia yang diRahmati oleh Allah SWT , karena bentuk penyadaran diri akan muncul jika kita termasuk orang yang peka atas teguran Allah,kalau jaman kita dulu sering diingatkan oleh kakek atau nenek kita dengan kalimat Sing sabar yo le ... manungso mung nderek titahe Allah, atau kita diingatkan dengan perkataan Ojo grusa grusu,lan gampang nyalahke liyan,penyadaran diri yang muncul tiba tiba saya katakan rahmat Allah karena tidak semua orang dengan mudahnya diberi penyadaran tersebut, sehingga karena bentuk Kasih sayang Allah maka kita disegerakan untuk diingatkan Oleh Allah SWT , karena kita didudukan pada posisi yang mudah diingatkan sama Allah , maka seyogyanya kita segera melakukan proses undur kaifa atau penyadaran diri kalau begini aku harus bagaimana? , maka haruslah bertindak untuk melakukan tindakan dalam bentuk apapun untuk kembali ke jalan yang diRahmati oleh Allah SWT, yaitu jalan kehidupan yang telah diterangkan dan dituntukan lewat ajaran Alquran dan Al Hadist, sehingga kita digolongkan orang orang yang tahu diri sehingga mudah terhindar dari hukuman Allah baik bentuk peringatan maupun sudah dalam taraf hukuman. yang kita butuhkan untuk lancarnya kita menjalani kehidupan adalah fasilitas dan kemudahan yang diberikan oleh ALlah SWT untuk bekal kita menjalani kehidupan didunia ini, hidup untuk saling menghidupi, sebagai manusia kita harus tahu itu semua, jika tidak tahu maka kita punya waktu untuk belajar dari orang lain , karena untuk sukses didunia dan akhirat semua nya ada ilmunya , maka perlu tolabul ilmi lewat pengalaman hidup orang lain, belajar dengan orang sukses, belajar dari lingkungan, belajar dari ustad dan Kyai , serta belajar dari peristiwa kehidupan baik yang menimpa diri kita maupun orang lain....
Seperti Sabda nabi Muhammad SAW " Barang siapa berjalan untuk menuntut ilmu , maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke sorga ( HR. Muslim),
Semoga tulisan ringkas ini memberi inspirasi buat kita bahwa hidup uuntuk sukses ternyata tidak berdiri sendiri namun , munculnya sukses karena kita hidup bersama orang lain dan bagaimana kita menata hati dan pikiran kira agar selalu disandarkan kepada ke Ridhoan Allah SWT sebagai sumber inspirasi dan pola tingkah laku kita... Amin