"Keunggulan Manusia diukur dari Sumbangsih Pemikirannya"

Rabu, 26 Mei 2010

Pola hidup Gemi nastiti ngati ati sebuah pembelajaran


Saya ingat apa yang disampaikan eyang saya pada suatu sore,beliau mengatakan,"le suk yen kowe wis dewoso ojo lali kari simbah yo, aku weling karo kowe uripo kanti "gemi nastiti lan sing ati ati" ; itulah pesan eyang yang masih terngiang ditelingaku sampai saat ini, setelah bertanya kanan kiri pada yang paham betul sesareh ajaran Jawa tadi, ternyata mempunyai makna yang dalam untuk kita kaji.
Semua manusia ingin hidupnya teratur, bermakna, tentram dan bahagia, namun tidak semudah yang kita bayangkan, karena hidup saja sudah merupakan suatu masalah, mengapa demikian, karena jika hidup kita hanya diisi sesuatu yang tidak bermakna,maka sia sia belaka. Seringkali kita berupaya agar pola hidup kita sesuai harapan kita dengan mengatur pola kehidupan kita dengan menerapkan aturan yang ketat, terutama bagi keluarga kita, agar nantinya anak turunan kita tidak mengalami masalah kehidupan, jadwal telah ditetapkan mulai bangun tidur sampai siap berangkat tugas, pulang kerja dan akhirnya kembali istirahat tidur malam telah rutin ditaati, namun kejadianya tidak seperti yang kita harapkan, dalam seharian musti mengalami kejadian diluar skenario atau jadwal rutinnya, hal inilah yang perlu dipahami, bahwa hidup itu ada yang mengatur yaitu Allah SWT , yang menerapkan pola Invisible hand bahwa tangan Tuhan yang mengatur semua, dengan Sifat Rohman dan Rokhimnya manusia tidak dibiarkan begitu saja, namun secara ajaib Allah ikut campur tangan dalam kehidupan manusia dalam segala lapisan dan dengan berbagai skenario terselubung yang kalau dipikir tidak nalar, sehingga walaupun kita telah membuat skenario dan skedul jadwal hidup namun jika Allah berkehendak lain maka pola yang dibuat manusia tidak akan terlaksana, Antara harapan dengan kenyataan dapat dipastikan akan beda, karena Allah melihatnya dari sudut Rohman dan Rokhim nya sehingga jika nantinya tidak baik bagi manusia maka dengan ijin Allah semua akan berubah, kita sak titah menjalankan kersaning Allah istilah Jawanya Sakdermo nglakoni urip , makanya apa yang kita buat seyogyanga atas ijin Allah sehingga semua yang kita lakukan selalu berorientasi Berkah dan Rahmat Allah, kita tidak sia sia dalam menjalani hidup ini.
Nasihat Eyang saya diatas jika kita kaitkan dengan pola manajemen Qolbu tidak ada yang perlu dipertentangkan karena Sesareh Gemi mengandung makna hemat, cermat dan bersahaja. Orang yang selalu gemi selalu menghitung hitung segala pengeluaran agar dapat efektif dan efisien . Sikap gemi sama sekali berbeda dengan gaya hidup yang tamak dan pelit.Tindakan gemi dilandasi oleh perhitungan bahwa mengumpulkan harta tidaklah gampang. Dengan memeras keringat banting tulang pun belum tentu berhasil, oleh karena itu gaya hidup kemewahan , boros dan menghambur hamburkan uang sangat bertentangan dengan sikap hidup gemi . Sebenarnya sikap gemi merupakan tindakan dengan prinsip ekonomi berdasarkan pemikiran rasional , tepat sasaran dan tak mengundang kecemburuan.
Sesareh nastiti berkaitan dengan tindakan seseorang dalam mempergunakan harta bendanya. Orang Jawa sangat perhitungan dalam menggunakan hartanya . harta benda yang dikumpulkan dengan peras keringat itu dikelola agar pengeluaran tidak melampoi pemasukan sehingga menimbulkan banyak utang.Sehingga nasiti cenderung kepada bagaimana pemakainnya, sehingga gemi nastiti tidak mengandung unsur pelit , bakhil dan tamak, keduanya menggunakan pertimbangan rasional.
Harta benda yang dikeluarkan dengan sia sia dan tidak jelas arahnya akan mengundang kesengsaraan secara material . Apalagi penggunaan harta benda orang banyak dengan ceroboh , tentu akan membuat susah dan kesulitan . Sikap ati ati adalah keputusan pikiran dan perasaan yang berusaha untuk menghindari resiko terburuk baik bagi diri sendiri maupun oarang lain.
Kecelakaan di jalan raya adalah terjadi karena faktor kurang hati hati, perhitungan rasional antara sebab dan akibat tidak menjadi bahan pertimbangan . dorongan emosional untuk mengambil jalan pintas, cepat dan mudah akan menyebabkan perilaku ingin mendominasi orang lain. bahwa tindakan itu berbahaya , dia tidak peduli sama sekali. Perbuatan yang hanya menekankan faktor rasionalitas kadang kadang juga menyakitkan. Terjadinya penindasan di depan mata kalau hanya ditinjau dari segi rasional kepentingan, tentu mengandung perasaan kurang simpatik dari orang lain. Apalagi ketika menjadi seorang pemimpin, ngati ati dalam mengambil kebijakan adalah sangat penting agar kebijakan itu benar benar bijak dan tidak ada pihak pihak yang merasa dirugikan.
Sebuah kebetulan saya sering dipertemukan dengan orang orang yang dapat hidayah Allah, dimana dalam keseharinya senantiasa campur tangan Allah senantiasa terjadi, dibuktikan dengan keberhasilan hidup teman teman saya tadi, sehingga dari cerita teman saya, dapat saya gunakan sebagai pedoman menjalani hidup ini dengan lebih terarah, senantiasa ada kiblat yang saya tuju. Diantara teman saya ada yang pernah mengalami mati suri selama tiga hari , menurut ceritanya sudah dikafani selama tiga hari namun, ayahnya belum mengijinkan untuk dikubur karena menurut ayahnya, anaknya seperti lagi tidur, ternyata terbukti pada hari keTiga dia bangun lagi alias hidup lagi, dia banyak menceritakan pengalaman selama mati suri tapi dia tidak membuka diri untuk bercerita , saya hanya mendengar dan mengamini saja doanya.
Memang selagi kita masih diberi kesempatan untuk menjalani hidup ini seyogyanya kita jalani hidup ini dengan mengikuti sesareh eyang saya tadi uripo kanti Gemi nastiti ngati ngati , yang ternyata mempunyai makna yang sangat baik sebagai kiblat menjalani hidup ini , walaupun masih banyak sesareh sesareh hidup yang lain yang dapat digunakan sebagai rujukan dalam hidup kita sehari hari , semoga ada manfaatnya .

1 komentar:

  1. Bagus banget pak, pencerahannya
    Maturnuwun u diingatkan

    BalasHapus