"Keunggulan Manusia diukur dari Sumbangsih Pemikirannya"

Sabtu, 22 Mei 2010

Keingintahuan yang menggelitik


Sesuatu yang lucu muncul secara tiba tiba saat kita berkumpul dengan anak anak, mereka dengan polosnya mengucapkan kata kata atau nyanyian, celotehan orang dewasa, kadang kadang celotehan anak tersebut jika didengar bisa bikin merah telinga, atau bahkan protes dari orang lain, mereka bilang kita mendidiknya kurang benar sehingga mereka meminta untuk memperhatikan/mendidik anak yang benar.Ya namanya anak anak, sesuatu kajian menarik untuk mulai menulis tentang tingkah laku mereka.
Seringkali jika kita amati, anak anak kebanyakan meniru tingkah laku kakak kakaknya atau orang lain yang sering berhubungan langsung dengan anak tersebut. Sehingga apa saja yang diperbuat si kakak akan ditiru jika menurut si anak bisa menjadi obyek perhatian untuk orang lain, si anak akan memberontak jika keinginannya ditolak atau dilarang, sehingga kita yang lebih dewasa harusnya mengerti akan dunia mereka.
Menurut kak Seto Mulyadi dalam sebuah wawancara televisi beliau mengatakan " anak sering kali meniru perbuatan orang dewasa atau orang lain yang dekat dekat si anak, sehingga perlu waspada dan hati hati jika akan mengeluarkan kata kata atau pernyataan yang keras/kotor, karena merupakan obyek tiruan bagi si anak.Kita sering menganggap hal biasa tetapi kenyataannya mempunyai dampak yang tidak baik bagi masa depan perkembangan si anak.
Yang menjadi pertanyaan adalah:" mengapa anak anak suka meniru perbuatan orang lain atau kakaknya atau orang dewasa yang dekat dengan mereka? " nah inilah yang akan kita lihat bersama.
Sering tidak disadari orangtua sesungguhnya merupakan tokoh panutan bagi anak. Celoteh, tindak-tanduk, bahkan mimik muka kita pun bisa ditiru anak. Untuk perilaku positif tentu kita senang. Tapi untuk yang buruk? Tentu tak satu pun orangtua ingin menularkan pada anak mereka.

Ada cerita soal imitasi ucapan ibu pada anaknya. Ketika seorang ibu memanggil anak sulungnya keluar kamar, tiba-tiba anaknya dengan dengan fasih meneruskan ucapan ibunya saat mengingatkannya untuk segera bersiap sekolah.

“Nanti terlambat, sebentar lagi jam setengah tujuh, ayah sudah mau berangkat, jangan sampai ketinggalan, ayo minum susunya, habisakan rotinya!” tiru sang anak sambil bersungut-sungut manuju meja makan.

“Udah hafal deh Bu! Bosen” sambung sang anak cuek sambil duduk di ruang makan. Sang ibu tidak menyangka kalau ucapan yang tanpa sadar diucapkan berulang-ulang setiap pagi bisa ditiru persis sekali sampai nada tinggi rendahnya pula.

Kemudian ada cerita lainya, saat seorang ayah mendapat pujian dari jamaah masjid di daerahnya, “Hebat ya anak-anaknya pak ikhsan, semua pada rajin ke masjid, sama kayak bapaknya.”

Mendengar ini, bisa terjadi jika sang ayah memberikan contoh yang baik bagi anak-anaknya. Dan untuk menjadi contoh yang baik ini, sang ayah bertahun-tahun harus melawan sifat malasnya untuk pergi shalat subuh di masjid.

Orang tua adalah model utama

Dalam bersikap dan bertingkah laku setiap anak memang banyak meniru pada lingkungannya, mulai dari orangtua, nenek-kakek, om-tante, pengasuh, tetangga, sekolah, guru, teman, bahkan dari tv dan vcd yang ia tonton.

Anak mudah sekali meniru apa yang dia lihat dan menjadikan lingkungan sebagai model kehidupan. Mulai dari ucapan, misalnya kata-kata yang mudah untuk diikuti. Atau, tingkah laku yang dilihat dari tontonan film.

Orangtua pada umumnya menjadi model utama bagi anak. Karena ayah dan ibu adalah dua orang yang berperan dalam pola asuh anak sejak dia hadir ke dunia. Maka, jangan kaget bila cara saat orangtua marah maupun saat menunjukkan kasih sayang, semua akan ditiru dan dipelajari anak.

Bila orangtua terbiasa menggunakan kata-kata kasar atau caci maki saat kesal dengan orang lain, anak juga akn mempelajarinya dan berpikitr, “oh, kalau marah atau kesal sama orang, begitu ya caranya.” Sehingga, ketika anak kesal pada temannya, maka dia akan begitu juga.

Sebaliknya jika orang tua mengajarkan untuk saling sayang, saling menghormati, tamu datang dihormati, hormat pada orangtua dan kakak, sayang pada adik, bahkan binatang pun disayang. Anak pun akan menirunya. Pada semua orang anak akan menunjukkan rasa hormatnya dan bersikap santun.

Ayo, jadi model yang baik

Banyak orangtua yang memiliki harapan tinggi terhadap anaknya, namun perilaku yang diharapkanya belum dilakukannya. Misalnya, berharap anaknya senang membaca, tetapi orangtua sendiri tidak suka membaca. Menyuruh anaknya sholat berjamaah, padahal dirinya sendiri sering meninggalkanya. Tentu cara ini tidak akan efektif.

Contoh yang baik, akan lebih melekat pada anak bila diiringi dengan penjelasan. Apa manfaatnya senang membaca buku, apa keuntungannya berjamaah di masjid dan sebagainya.

Dengan begitu, anak secara perlahan mulai mengerti tentang pentingnya melakukan perbuatan-perbuatan itu. Sehingga yang diharapkan adalah anak melakukan perilaku tersebut secara sadar dan menyenanginya, bukan karena paksaan. Maka dari itu, mari mulai sekarang kita memaksakan diri menjadi model yang baik untuk anak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar