"Keunggulan Manusia diukur dari Sumbangsih Pemikirannya"

Minggu, 18 April 2010

Hebatnya Hidup penuh berkah


Setiap manusia tentu mendambakan kehidupan penuh berkah. Karena itu tak
heran, jika kita dapati banyak di antara manusia rela mengorbankan harta,
tenaga, bahkan nyawa demi mendapatkan berkah. Dan mereka sangat berharap,
jika kesempatan dan umurnya ditambah, merasa sangat gembira ketika rizqinya
dilapangkan, memiliki keturunan banyak, dan hal-hal lain yang berupa
kesenangan dan kenikmatan yang diinginkan oleh hati manusia. Menurut mereka
hal-hal demikianlah yang akan mendatangkan kebahagiaan.
Sudah seyogyanya seorang muslim senantiasa berdo’a kepada Allah subhanahu
wata’aala agar melimpahkan keberkahan kepadanya. Hal inilah yang dilakukan
oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alahi wasallam; sebagai qudwah hasanah (suri
tauladan) bagi kita. Beliau memohon keberkahan kepada Allah subhanahu
wata`ala dalam segala urusan.
Berkah adalah menetapnya kebaikan (dari Allah subhanahu wata’aala, pent) di
dalam sesuatu.
Sungguh apabila berkah terdapat pada sesuatu yang sedikit, niscaya ia akan
berkembang menjadi banyak, sedangkan apabila berkah tersebut terdapat pada
sesuatu yang banyak, maka niscaya ia akan semakin bermanfaat. Dan di antara
buah yang paling agung dari berkah dalam beraneka ragam nikmat yang Allah
subhanahu wata’aala karuniakan adalah dipergunakannya nikmat-nikmat tersebut
untuk keta`atan kepada Allah subhanahu wata’aala.
Keberkahan Allah subhanahu wata’aala juga bisa berupa kendaraan yang
kondisinya selalu prima, walaupun sudah tua umurnya, jarang rusak atau mogok
Merasakan ketenangan walaupun tidak mempunyai harta yang banyak; Memiliki
seorang putri sematawayang yang senantiasa membantu dan mematuhi perintahnya
dikaruniai banyak cucu yang menjadi penyejuk mata baginya. Selain itu ada
pula berupa waktu, sehingga ia dengan mudah memanfaatkan seluruh waktunya
dalam rangka ibadah dan ta’at kepada Allah dan memberikan manfaat kepada
orang lain, dan lain-lain.
Tentunya kita selalu berdo’a kepada Allah subhanahu wata’aala agar dijauhkan
dari hidup yang tidak berkah. Karena banyak pula manusia yang hartanya
milyaran rupiah/dolar, tetapi diperbudak oleh hartanya tersebut. Banting
tulang bekerja dari pagi hingga larut malam, bahkan sampai tidak tidur malam
karena sibuk menghitung uang dan terus-menerus memikirkan bisnis yang lebih
menguntungkan. Ada juga kita dapati seseorang memiliki anak banyak, tetapi
semuanya menjadi musuh bagi dirinya, durhaka kepadanya, membuat malu dirinya
karena ulah dan prilakunya yang sangat buruk. Ada pula yang tidak pernah
puas dengan apa yang ia dapatkan, seolah-olah tujuan hidupnya hanya untuk
mengumpulkan dunia. Na’udzu billahi min dzalik!
Lalu bagaimana berkah dalam hidup itu bisa kita capai? Kiat-kiat di bawah
ini merupakan solusi dan jawaban dari pertanyaan tersebut, sebagai berikut:
a.. Bertaqwa kepada Allah subhanahu wata’aala.
Taqwa merupakan kunci seluruh kebaikan. Allah subhanahu wata’aala
berfirman:
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آَمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ
بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ
“Dan sekiranya penduduk negri beriman dan bertaqwa, pasti kami akan
melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi.” (QS. Al-A`raf :96)
Allah subhanahu wata’aala juga berfirman:
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا (2) وَيَرْزُقْهُ مِنْ
حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ
“Barangsiapa bertaqwa kepada Allah, niscaya dia akan membukakan jalan
keluar baginya. Dan Dia memberinya rizki dari arah yang tidak
disangka-sangkanya.” (QS. Ath-thalaq :2-3). Maksudnya dari sisi yang tidak
pernah ia perkirakan.
Dan “Taqwa” menurut para ulama adalah ‘engkau melaksanakan ketaatan kepada
Allah subhanahu wata’aala berdasarka ilmu dari Allah subhanahu wata’aala,
semata-mata mengharap pahalaNya; dan engkau tidak bermaksiat kepadaNya
karena engkau takut terhadap adzabNya.’
Maka jika engkau bertakwa berarti engkau telah mengumpulkan dua hal, yaitu
perintah dan larangan. Engkau melaksanakan perintah berdasarkan ilmu dan
meninggalkan maksiat berdasarkan ilmu,serta engkau betul-betul mengharapkan
pahala Allah subhanahu wata’aala atas pelaksanaan perintah-perintahNy a
tersebut dan engkau sangat takut akan adzab Allah subhanahu wata’aala
sehingga meningalkan larangan-larangan- Nya.
b.. Membaca Al-Qur`an.
Sungguh Al-Qur`an merupakan kitab yang penuh berkah, obat dan penawar bagi
seluruh penyakit hati dan jasad. Allah subhanahu wata’aala; berfirman:
كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِيَدَّبَّرُوا آَيَاتِهِ
وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الْأَلْبَابِ
“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah,
supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran
orang-orang yang mempunyai pikiran”. (QS. Shaad: 29).
Dan amal yang shalih merupakan sarana untuk meraih sebuah kebaikan dan
berkah.
c.. Berdo’a.
Nabi shallallahu ‘alahi wasallam senantiasa memohon berkah kepada Allah
subhanahu wata’aala dalam berbagai urusan.
d.. Jujur dalam bermu’amalah.
Baik dalam jual beli, sewa-menyewa ataupun transaksi lainnya. Rasulullah
shallallahu ‘alahi wasallam bersabda, “Penjual dan pembeli masih memiliki
hak memilih selama keduanya belum berpisah (dari tempat transaksi). Jika
keduanya jujur dan terbuka (menjelaskan jika ada cacat/kekurangan) , maka
keduanya diberkahi dalam jual beli mereka dan jika keduanya menutup-nutupi
dan berdusta, maka lenyaplah berkah jual beli mereka.” (HR. Al-Bukhari)
e.. Menyelesaikan pekerjaan di waktu pagi.
Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam; bersabda, “Semoga Allah subhanahu
wata’aala memberkahi ummatku pada waktu pagi mereka”. (HR. Ahmad)
f.. Mengikuti sunnah Rasul shallallahu ‘alahi wasallam dalam setiap urusan
Karena hal itu tidaklah mendatangkan sesuatu melainkan kebaikan. Dari
Jabir bin Abdullah radhiallhu `anhu berkata, “Bahwa Rasulullah shallallahu
alahi wasallam memerintahkan agar menjilati jari-jemari dan piring, dan
beliau berkata, “Sesungguhnya kalian tidak mengetahui di bagian mana
terdapat berkah dari makanan kalian.” (HR. Muslim)
g.. Kesungguhan dalam bertawakkal kepada Allah subhanahu wata’aala.
Allah subhanahu wata’aala; berfirman:
وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُه
“Dan barang siapa yang bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan
mencukupkan (keperluan)nya. ” (QS Ath-Thalaq: 3).
Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam juga bersabda, “Kalaulah kalian
bertawakkal kepada Allah subhanahu wata’aala; dengan sebenar-benarnya
tawakkal, niscaya Allah subhanahu wata’aala memberikan rizqi kepada kalian
sebagaimana Allah subhanahu wata’aala memberikan rizqi kepada burung, keluar
di pagi hari dalam keadaan lapar pulang dalam keadaan kenyang.” (HR. Ahmad).
h.. Melakukan shalat istikharah dalam setiap urusan.
Pasrah dan menerima apa yang telah Allah subhanahu wata’aala tentukan,
karena hal tersebut pasti lebih baik untuk dirinya di dunia ataupun akhirat.
i.. Tidak meminta-minta kepada orang lain.
Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam bersabda, “Siapa saja yang memiliki
kebutuhan, lalu ia melimpahkan kebutuhannya tersebut kepada orang lain, maka
yang lebih pantas adalah tidak dimudahkan kebutuhannya dan barangsiapa yang
memasrahkan kebutuhannya kepada Allah subhanahu wata’aala; niscaya Dia akan
mendatangkan kepadanya rizqi dengan segera atau menunda kematiannya. ” (HR.
Ahmad)
j.. Berinfaq dan bersedekah.
Karena keduanya merupakan sarana untuk memperoleh rizqi yang lebih baik
yang merupakan karunia Allah subhanahu wata’aala kepadanya. Allah subhanahu
wata’aala berfirman:
وَمَا أَنْفَقْتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهُ وَهُوَ خَيْرُ
الرَّازِقِينَ
“Dan apa saja yang kamu infaqkan, niscaya Allah akan menggantinya dan
Dialah Pemberi rezeki yang terbaik”. (QS. Saba`: 39)
Di dalam hadits qudsi disebutkan, Allah subhanahu wata’aala berfirman,
Wahai anak Adam berinfaqlah, niscaya Aku akan menafkahimu” . (HR. Muslim)
k.. Menjauhkan diri dari harta yang haram
Karena harta haram dalam berbagai bentuk dan rupanya tidaklah membawa
berkah sedikit pun dan tidak pula menjadikannya langgeng atau awet. Ayat
yang menyatakan tentang hal ini sangatlah banyak, di antaranya firman Allah
subhanahu wata’aala:
يَمْحَقُ اللَّهُ الرِّبَا وَيُرْبِي الصَّدَقَاتِ
“Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah”. (QS. Al-Baqarah: 276),
Dalam tafsir Ibnu Katsir dijelaskan bahwa maksud ‘memusnahkan riba’ adalah
memusnahkan harta tersebut dari pemiliknya secara keseluruhan atau
meniadakan berkah harta tersebut, tidak bermanfaat bahkan menjadikan
pemiliknya diadzab, baik di dunia ataupun di akhirat. Sedangkan makna
menyuburkan sedekah’ adalah memperbanyak harta yang telah dikeluarkan
sedekahnya atau melipatgandakan berkahnya.
l.. Bersyukur dan memuji Allah subhanahu wata’aala atas segala pemberian
dan nikmat-nikmatNya.
Allah subhanahu wata’aala berfirman, artinya, “Jika kamu bersyukur,
niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu”. (QS. Ibrahim: 7)
m.. Menunaikan shalat fardhu,
Allah subhanahu wata’aala; berfirman:
وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا لَا نَسْأَلُكَ
رِزْقًا نَحْنُ نَرْزُقُكَ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوَى
“Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah
kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rizqi kepadamu. Kamilah yang
memberi rezqi kepadamu dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang
bertaqwa”. (QS. Thaaha : 132)
n.. Terus-menerus beristighfar (memohon ampun kepada Allah subhanahu wata
aala).
Allah subhanahu wata’aala; berfirman:
فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا (10) يُرْسِلِ
السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا (11) وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ
وَيَجْعَلْ لَكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَلْ لَكُمْ أَنْهَارًا (12)
“Maka aku katakan kepada mereka, ‘Beristighfarlah (mohonlah ampun) kepada
Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha pengampun, niscaya Dia akan
mengirimkam hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan
anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di
dalamnya) untukmu sungai-sungai” . (QS. Nuh : 10-12)
(oleh: Abu Thalhah)
Sumber : disadur dari risalah “Al-Barakah” , Abdul Malik al-Qosim
Netter Al-Sofwa yang dimuliakan Allah Ta’ala, Menyampaikan Kebenaran adalah
kewajiban setiap Muslim. Kesempatan kita saat ini untuk berdakwah adalah
dengan menyampaikan buletin ini kepada saudara-saudara kita yang belum
mengetahuinya.
Semoga Allah Ta’ala Membalas ‘Amal Ibadah Kita. Aamiin