"Keunggulan Manusia diukur dari Sumbangsih Pemikirannya"

Jumat, 23 Juli 2010

Menjadi manusia yang unggul


"Kebintangan akan muncul ketika kita sudah menunjukkan kualitas kita dihadapan Allah"
Salah satu indikator kualitas menurut saya adalah pada saat kita diuji Allah, kita senantiasa tawadhu dan tawakal dengan ditandai adanya kepercayaan yang kukuh dan ikhlas serta tingkat kepasrahan dan kepercayaan bahwa akhirnya akan diselesaiakan oleh Allah SWT, segala permasalahan di dunia jika manusia telah melakukan apa yang seharusnya dilakukan misal usaha, kerja keras, dan berdoa , soal hasil kita pasrahkan kepada Allah SWT , nah jika kita sudah mencapai tahap demikian maka tunggu tanggal mainnya pasti akan ada saatnya muncul kondisi kebintangan kepada kita .
Kita sebagai manusia biasanya lemah mentalnya, jika dalam tahap ujian sehingga seringkali kita tidak bisa segera naik tingkat, sehingga senantiasa susah dalam menata hidup ini, kenapa demikian ?
Nah hal ini akan kita bicarakan bersama di tulisan ini.
Banyak manusia yang ingin enaknya saja, ingin hidupnya sukses namun tanpa susah payah, kepingin semua doa dikabulkan Allah walaupun tanpa kerja keras. Nah inilah kesalahan awal manusia, menganggap dihadapan Allah kita termasuk manusia unggul , padahal sebaliknya kita adalah manusia yang tidak tahu diri, banyak dosa , suka berbohong, munafik, suka memfitnah orang , suka berbuat dholim pada sesama, suka menang sendiri, merasa paling jujur, merasa paling benar sendiri, merasa paling pinter , dan anehnya senang jika melihat penderitaan orang atau senang melihat orang lain susah,... aneh kita ini.
Nah hal inilah yang memprihatinkan kita .
Bagaimana kita memunculkan kebintangan kita, yang paling penting adalah saat kita sudah merasa tahu diri, apa yang harus aku lakukan atau apabila kita sudah merasa sering munculnya undur kaifa , istilah undur kaifa dalam bahasa jawa disebutkan sebagai manungso kang ngerti dununge jati diri, ngerti yen gumregahe ati soko niat kang suci arep ninggalke samubarang kang ora becik, artinya bahwa jatidiri manusia diukur dari niat yang suci untuk merubah kondisi dengan mengukur kekayaan hati.
jarang yang tahu diri bahwa untuk melakukan sesuatu haruslah dipikir dengan matang , harus dipikirkan untung ruginya melakukan sesuatu , karena jika hasil lebih banyak mudhorotnya dari pada manfaat maka kita digolongkan orang yang rugi.
Sebenarnya kita haruslah segera melakukan suatu tindakan yang berorientasi pada bertambahnya unsur keimanan dan keberkahan, sehingga segala sesuatu diukur dari hasil yang walaupun kecil tapi barokah artinya membawa manfaat dan berkah, sehingga apa yang kita miliki mengandung kenikmatan bukan hukuman.
Sebagai manusia yang menginginkan hidup yang barokah dan senantiasa mengandung unsur kebintangan artinya selalu yang terbaik, baik dalam segi hubungan antar manusia maupun hubungan dengan Allah SWT kita haruslah segera merubah cara berfikir dan bertindak kita agar kita digolongkan orang yang beruntung dan digolongkan orang yang layak dapat bintang dihadapan Allah dan dimata manusia , karena jika ini bisa terwujud maka saatnya manusia akan mencapai kenikmatan Dunia dan akhirat .
Memang untuk mencapai kearah kebintangan tidaklah mudah karena kunci yang lain adalah kesabaran dalam menghadapi cobaan dan permasalah kehidupan dan percaya hanya Allah yang mampu menyelesaikan masalah kehidupan , tapi jika manusia tidak ada unsur pasrah dapat dipastikan maka akan sulit untuk mencapai tahap kebintangan tersebut.
Sebagai penutup dari tulisan singkat ini marilah kita senantiasa percaya dan tawakal bahwa untuk menjadi manusia saja dibutuhkan proses yang rumit, dan setelah menjadi manusia hendaklah kita mengkondisikan menjadi manusia yang unggul sehingga keberadaan kita senantiasa dibutuhkan orang lain dan dinanti orang lain karena keberadaan kita bisa mewarnai kehidupan.Kebahagian tidak selalu diukur dari banyaknya harta namun diukur dari ketenangan dan kedamaian hati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar