"Keunggulan Manusia diukur dari Sumbangsih Pemikirannya"

Jumat, 11 Juni 2010

Kita harus segera mengajarkan pendidikan karakter


Konsep pendidikan karakter dimulai dari kondisi ketidak berdayaan alias kondisi arphan , ketika kita masih bayi ,dimana bayi memperlihatkan ketidakberdayaannya , makan,minum, ganti pakaian dan lain lain semua dilakukan oleh orang lain , proses tersebut selesai setelah dia bisa melakukan sendiri.Pada saat itu kita sudah bisa menanamkan konsep tentang cara berkomunikasi dengan orang lain ,misal rasa unggah ungguh , tepo seliro, ngaku lepat lan ngapuro, konsep urip kanti sabar, jer budi bowo leksono, ojo dumeh,begjo lan ciloko.
Seringkali secara tidak langsung kita tidak memahami akibat dari ketergantungan alias ketidak berdayaan ini apabila tidak diubah secepat mungkin bisa berakibat anak kita menjadi mudah menyalahkan orang lain, mudah mencela masakan ibundanya, sulit mengucapkan maaf jika salah dan sulit mengucapkan terima kasih jika menerima sesuatu dari orang lain, Hal lain yang kita perlu waspadai adalah mudahnya anak kita mengeksploitasi oranglain , gampang main perintah dll, oleh karena itu perlunya didik tentang gotong royong, didik tentang kerjasama( net working society) dan kerjasama sampai tua.
Tahap kedua adalah periode Kluyuran atau wondere , karena ingin tahunya besar , jika tahap ini tidak dimenege dengan benar bisa berakibat anak jadi pemarah,jadi pemberontak, anak tidak betah dirumah atau disekolah, anak tidak puas, anak suka memamerkan pakaian, mengikuti model rambut, imajinasinya kluyuran kemana mana, jika ada anak sedang melakukan hal seperti itu jangan sampai kita menghukumnya namun diarahkan saja karena dia baru masuk tahap kreatif, mereka lagi senang tantangan, semangat juangnya tinggi , jika kita keliru menafsirkanya bisa terjadi pembantaian SDM dikelas ... wah berbahaya !.
Tahap ke tiga adalah kita harus memunculkan anak didik kita memiliki climber mentality/Fighting Mentality, yaitu mental luar biasa, suka menghadapi resiko/tantangan, oleh karena itu untuk menyelamatkan bangsa dan negara kita perlunya segera melakukan proses pendidikan yang berbudaya, artinya proses pendidikan yang berorientasi pada penyiapan SDM yang bermental baja/Fighting mentality) karena mau tidak mau kita akan terlindas jika hanya bermodalkan mental malas alias mental Omdo , omong doang tanpa bukti prestasi!, sehingga proses pendidikan berbudaya inilah merupakan jawaban pastinya.
Tahap ke- empat adalah kita menyiapka anak didik kita mempunyai mental Warrior , dari kecil kita sebenarnya sudah diajari dengan hal hal yang bernilai warrior contohnya rebutan layang layang ,jangan sampai kita memiliki sifat jika temannya sukses malah sedih, atau jika temannya senang malah susah,atau jika ada temannya yang mendapat layang layang maka layang layang tersebut kita robek artinya tidak boleh ada senang, akan tetapi harus ada yang memiliki jiwa kepahlawanan . bangga jika orang lain sukses, jangan malah mencari bocoran Ujian pada saat anaknya ujian disekolah, karena prinsip sukses hidup jika ingin sukses hidup maka harus mampu mengatasi ujian dari Tuhan , jika mampu mengatasi ujian maka kita akan naik kelas!,karena jika tidak mempersiapkan sedidini mungkin akibat yang muncul adalah seperti yang terjadi akhir akhir ini yatu adanya demo mahasiswa dengan merusak pagar kantor, merusak lampu lalu lintas , seharusnya mereka demo dengan cara elegan misalnya dengan adu argumentasi dengan mengupas tuntas tentang data yang diperoleh , sehingga yang kita inginkan adalah perang konsep, jangan sampai kita ditertawain oleh Piala , karena piala yang diperoleh dengan cara beli, sehingga tidak ada nya unsur keganggan , karena pialanya dari hasil beli bukan prestasi, sehingga setiap lihat piala harusnya bangga , kok malah setiap lihat piala yang geli pialanya karena diperoleh dengan cara beli he he he, oleh karena itu mulailah sekarang kita senantiasa berbicara tentang prestasi, kita senantiasa percaya pada orang lain, dimulai dari percaya pada diri sendiri,agar orang lain percaya pada kita , sering kali mendengar kemajuan negara dan kesuksesan suatu bangsa karena banyaknya warga negara mempunyai mental warrior , mereka bangga jika bendera negaranya berkibar di negara lain, biasanya mereka senang mempersembahkan piala untuk negaranya , oleh karena itu pendidikan karakter dengan bahagia jika menolong orang lain,bahagia jika muridnya lebih baik, bangga jika bis memberi, memang kesalahan kita selama ini adalah kita sulit membangun sikap Althuis atau sikap bangga jika membantu orang lain,senang dengan menolong orang lain, bangga dengan memberi kepada orang lain.
Tahap berikutnya adalah tahap berfikir innocent atau pemurah, tahap occountable life , atau tahap jika ketemu orang bahagia,artinya kita diharapkan mendidik anak kita dengan memberikan contoh yang baik , jadi pendidik itu harus beres, jika ingin kita dicontoh oleh anak anak kita.
Tahap terakhir adalah pendidik seharusnya memiliki keahlian sebagai magician , sehingga everyday my be miracle , setiap hari jadi pesulap , atau jadilah orang yang membuat miracle atau keajaiban setiap hari , sehingga semua orang dibuat kagum atas prestasi kita misal dari anak bodo jadi pinter, anak kurang ajar menjadi anak baik, nak loyo atau malas menjadi giat/juara dll.
Oleh karena pendidikan karakter menjadi tugas kita semua maka tidak ada istilah nanti saja kalau ada waktu atau ada kesempatan melainkan saat ini juga kita harus memikirkan bagaimana proses pendidikan karakter segera diajarkan kepada anak kita agar segera kita bisa melihat hasilnya yaitu banyaknya anak didik kita yang menjadi pemimpin yang memiliki karakter Mikul dhuwur medem jero, artinya anak yang bisa mengangkat derajat orang tuanya dan bisa menutupi semua keburukan orang tuannya ... semoga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar